Pernahkah kamu membayangkan menerima pesan dari langit bukan metafora, melainkan nyata? Bayangkan langit membuka rahasia yang ditulis hanya untukmu, tapi kamu tak tahu cara membacanya. Cerpen ini akan membawa kamu ke sebuah peristiwa yang membuat dunia berhenti dan menatap ke atas.
Langit Jakarta sore itu berubah aneh, awan-awan menggulung seperti huruf kuno yang belum pernah dikenal.Â
Ribuan orang menengadah. Di layar-layar gawai dan stasiun TV dunia, satu pesan muncul dari langit huruf bercahaya, tak dikenal oleh sistem manapun.
Zara, seorang ahli linguistik muda, duduk terpaku di perpustakaan Fakultas Sastra UI, tangannya gemetar saat gambar-gambar pesan itu muncul di layar laptopnya.Â
Ia merasa pernah melihat bentuk tulisan itu di mimpi masa kecilnya. Sebuah mimpi yang selalu membuatnya bangun dengan air mata.
Dalam seminggu, dunia dipenuhi spekulasi, agama, sains, dan teori konspirasi saling beradu tafsir.Â
Tapi Zara diam-diam mendedikasikan hari-harinya untuk menafsirkan pesan itu, menggabungkan bahasa kuno Sumeria, simbol-simbol Aram, dan struktur aksara langit yang tak pernah dikenal.
Setelah dua bulan bekerja tanpa henti, Zara berhasil membaca sebagian pesan:
 "Jangan tunggu kehancuran untuk mendengar. Damai bukanlah hadiah, tapi pilihan yang harus kau buat sebelum semuanya terlambat."
Berita itu mendunia. Zara diundang ke PBB untuk menyampaikan hasil temuannya. Tapi malam sebelum pidato bersejarah itu, langit kembali bersih. Pesan hilang. Dunia kembali seperti biasa, tapi benih-benih damai mulai tumbuh.
Zara tak pernah tampil di media lagi. Ia memilih hidup sunyi di desa terpencil, menulis buku tentang bahasa yang tak selesai ia terjemahkan.Â