Mohon tunggu...
Leonardi Gunawan
Leonardi Gunawan Mohon Tunggu... Freelancer - Karyawan

Warga Negara Biasa Yang Ingin Indonesia Ke Piala Dunia

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

PKS dan Demokrat Berebut Cawapres, Anies Malah Ketemu Jenderal Andika

16 Oktober 2022   01:28 Diperbarui: 16 Oktober 2022   01:45 688
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Anies Baswedan memang telah dicalonkan sebagai presdien 2024 oleh Partai Nasdem. Tetapi untuk menuju ke pendaftaran sebagai calon presiden yang bisa berlaga di  pilpres 2024 tersebut minimal ada dua syarat mutlak yang harus dipenuhi oleh Anies. Pertama tentunya jumlah suara partai politik yang mengusungnya minimal 20% ( Nasdem hanya kisaran 9%). Kedua Anies tentunya harus punya sosok calon wakil presiden ( cawapres) yang akan mendampinginya saat pendaftaran nanti.

Bicara partai pengusung, selain Nasdem ada Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Demokrat yang nampaknya sudah tidak ada masalah dalam mencalonkan Anies sebagai calon presiden. Ketiga Partai ini sudah seiya sekata dalam mendukung Anies. Yang jadi bola panas dan belum deal adalah di penentuan bakal calon wakil presidennya. Ketidaksepakatan di poin penentuan cawapres ini juga berpotensi besar untuk mengagalkan koalisi yang sudah terbentuk untuk mendukung Anies.

Pada saat pendeklarasian Anies sebagai calon presiden. Surya Paloh sebagai Ketua Umum Nasdem membebaskan Anies untuk mencari figur cawapres yang dianggap bisa bekerja sama dengan dirinya. Nasdem seolah -- olah mau memberikan kesan bahwa partai tersebut sangat demokratis. Tetapi hal ini juga bisa dibaca sebagai strategi Nasdem untuk lepas tangan apabila nanti di tuduh oleh PKS atau demokrat memaksakan cawapres dari kalangan / ususlan dari nya.

Ternyata ketiga partai yang berencana mengusung Anies mempunyai jagoan masing-masing untuk menjadi cawapresnya. Partai Nasdem menyodorkan  Jenderal Andika Perkasa (Panglima TNI) dan Kofifah Indar Parawansa (Gubernur Jawa Timur), PKS mempunyai Ahmad Heryawan (mantan Gubernur Jawa Barat), Irwan Prayitno ( mantan Gubernur Sumatra Barat), dan Hidayat Nur Wahid ( Wakil Ketua MPR). Partai Demokrat jelas hanya punya satu nama di dalam diri sang Ketua Umum, Agus Harimurti Yudhoyono ( AHY).

Jelas bukan pekerjaan mudah bagi Anies untuk menentukan pilihan yang mana. Apalagi sekarang bola sudah ada ditangannya. Tentunya akan lebih mudah bagi Anies jikalau ketiga partai tersebut telah berembuk dan hasilnya siapaun, Anies tinggal menjalankan saja. Namun dengan kondisi saat ini Anies harus benar-benar pintar bermanuver sebab kalau sampai salah dan salah satu partai pengusung tidak jadi maka hilanglah tiket ikut kompetisi pilpres. Kalau harus mencari partai lain juga bukan perkara mudah. Partai -- partai lainpun sudah punya jagoan masing masing.

Anies pun bergerak cepat, tak lama setelah pendeklarasian di kantor DPP Nasdem, Anies berkunjung ke Markas Partai Demokrat dan bertemu langsung dengan AHY. Kepentingan Anies jelas yakni memastikan bahwa Partai Demokrat solid untuk mendukungnya. Dilain Pihak AHY sebagai Ketua Umum juga punya kepentingan yakni ; memastikan bahwa dukungan oleh Demokrat akan diberikan kalau AHY diberikan jatah cawapresnya.

Dan pada akhirnya kita tahu bahwa hasil pertemuan tersebut tidak ada yang konkret, Demokrat juga belum 100 persen mendukung Anies, dan Anies pun tidak mengiyakan terkait menggandeng AHY sebagai cawapresnya. Konferensi pers setelah pertemua keduanya lebih banyak kalimat -- kalimat normatif yang pada intinya belum ada kesepakatan konkret antara mereka berdua.

Asumsi penulis, seperti juga mungkin kebanyak asumsi publik. Setelah dari markas Demokrat Anies akan menyambangi markas PKS. Ternyata sampai tulisan ini dibuat Anies belum juga menyambangi Markas PKS. Yang mengejutkan malah Anies menjumpai Panglima TNI, Jenderal Andika Perkasa.

Apa yang sebenarnya Anies hendak nyatakan dari kunjungan ke orang nomor satu di tubuh TNI tersebut. Pertama Anies tentunya tidak ingin kehilangan momentum untuk bertemu Panglima disaat jabatannya masih sebagai Gubernur DKI Jakarta. Apabila Anies datang ke Mabes TNI saat sudah tidak menjabat tentu saja hal ini bisa menjadi pertanyaan, ada apa Panglima dengan bakal calon presiden. Bisa -- bisa hal ini membuat Istana meradang yang konsekuensinya sangat fatal karena sudah jelas aturannya bahwa anggota TNI aktif tidak boleh ikut berpolitik praktis.  Jadi di saat waktu menjabat tinggal menghitung hari Anies harus benar benar selektif bertemu orang dengan jabatan Gubernurnya. Intinya mumpung masih menjabat.

Yang kedua tentunya hal ini tidak bisa dipisahkan dari dinamika politik. Jenderal Andika Perkasa pada awalnya masuk dalam radar Partai Nasdem sebagai salah satu calon Presiden. Nasdem punya tiga nama yakni Anies Bawesdan, Ganjar Pranowo dan Andika Perkasa yang dimunculkan sekitar bulan Juni 2022 sebagi Capres.

Nama Jenderal Andika Perkasa yang awalnya muncul jadi capres saat ini diusulkan kembali menjadi cawapres oleh Nasdem. Dengan mengunjungi Andika Perkasa, Anies seolah-olah sedang "test ombak" ingin melihat reaksi Jenderal Andika sendiri dan juga masyarakat terkait kalau dia berpasangan dengan Andika. Kalau responnya biasa - biasa saja atau cenderung negatif maka Anies bisa bicara ke Nasdem bahwa calon yang diusulan oleh Nasdem kurang bisa diterima Publik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun