Mohon tunggu...
Agustinus Nicolaus Yokit
Agustinus Nicolaus Yokit Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Bukan seorang Pujangga dan Bukan seorang Filsuf

Menjadi prehensi positif bagi perkembangan orang lain... Masih belajar untuk Altruis... Sedang berjalan dalam pencarian pada Kebijaksanaan Sejati...

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Coto Makassar sebagai Soto Nusantara yang Mampu Meredahkan Hati yang Gusar

11 September 2021   19:27 Diperbarui: 11 September 2021   19:31 590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Coto di Coto Makassar Senen Syamsul Daeng Awing. (Dok. Kevindra Soemantri via KOMPAS.com)

Soto merupakan makanan khas daerah yang berada di berbagai suku bangsa Indonesia (walaupun tidak semua). Ada banyak sebutan atau nama yang diberikan kepada kuliner daerah yang satu ini, seperti sroto,sauto,tauto, atau coto. Tiap-tiap daerah mempunyai racikan bumbu dan bahannya sendiri-sendiri. 

Justru hal inilah yang memperkaya cita rasa Soto. Karena memiliki cita rasa yang khas dan berbeda-beda, maka "lidah" kita tidak akan pernah bosan untuk mencicipinya lagi dan lagi!

Berbicara tentang kuliner yang satu ini, saya serentak dibawa kembali (bernostalgia) pada pengalaman di tahun-tahun yang lalu tepatnya tahun 2013, di kota Merauke (Papua).Tahun itu menjadi awal pengenalan saya dengan makanan khas yang satu ini,bahkan menjadi "titik" di mana saya mulai jatuh cinta pada soto.

Pada saat itu, kira-kira pukul 16:12 WIT, saya bersama teman-teman mengikuti pertandingan sepak bola yang diselenggarakan oleh salah satu sponsor sepak bola di kota "Rusa"tersebut.

Kami sebagai satu tim yang terdiri dari berbagai suku, berkumpul untuk selanjutnya mengikuti turnamen yang diselenggarakan itu.Kami mengikuti pertandingan dan hasilnya sangat tidak memuaskan. Kami semua "down" pada saat itu, karena langsung gugur pada pertandingan perdana. Sangatlah ironis!

Kami pun saling menyalahkan satu sama lain,bahkan ada yang memilih untuk diam dan tidak mau berkomunikasi lebih lanjut. Ya,hal itu jelas karena hasil yang kami terima! Kami dibantai dengan skor 10:2, di hadapan ratusan penonton yang melingkari stadium Maro mini yang terletak di kelurahan Kelapa Lima, Kabupaten Merauke.Pengalaman itu sungguhlah menyakitkan bagi kami, yang baru memulai perjuangan! Semangat kami kandas di awal perjuangan.


Namun,sebelum berpisah dan mengambil jalan masing-masing untuk kembali ke rumah, pelatih kami mengajak kami semua untuk singgah di "Warung Coto Makassar"(itulah nama dari warung tersebut). Awalnya ada beberapa teman yang menolak.

Akan tetapi saya memberanikan diri untuk mengikuti pelatih.Kemudian beberapa teman yang awalnya menolak untuk singgah, akhirnya bersama-sama masuk ke dalam warung tersebut. Jujur! Itu pengalaman pertama saya, masuk ke dalam warung coto tersebut. Awalnya saya menertawakan namanya (saya mohon maaf atas hal ini) dan bahkan berkata dalam hati "Ya, paling rasanya biasa-biasa saja!"

Setelah kami masuk dan memilih tiga tempat sebagai satu tim, maka si pemilik warung tersebut mempersilahkan kami untuk memilih menu. Ya, memang sudah dipastikan bahwa menu yang ada dan utama hanyalah coto Makassar. Namun, ada variasi yaitu "pakai ketupat atau buras"dan disediakan pula "sambal khas coto".

Sementara makanan kami dipersiapkan, pelatih kami langsung memberikan penjelasan singkat mengenai makanan yang akan kami makan itu. "Nah, adik-adik! Jadi, makanan yang akan kita makan nanti namanya Coto Makassar atau Coto Mangkasara. Ini adalah makanan tradisionalnya orang Makassar, Sulawesi Selatan.

Makanan ini terbuat dari jeroan sapi yang direbus dalam waktu yang lama. Rebusan jeroan itu akan dicampur daging sapi dan kemudian diiris-iris lalu dibumbui dengan bumbu yang diracik secara khusus.

Bumbu-bumbu yang diracik itu, memiliki kekhasan sendiri, bahkan di setiap daerah Sulawesi Selatan terdapat racikan bumbu yang berbeda-beda." (Penjelasan di atas disampaikan dalam logat Merauke, tetapi saya terjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia yang baku).

Makanan kami pun tiba! Saya semakin penasaran dengan rasanya.Apalagi terlihat dengan jelas warna khas dari coto tersebut, yang justru memicu "insting kebinatangan"(maaf terlalu kasar) saya untuk langsung menyantapnya.

Setelah siap.Saya diminta untuk memimpin doa sebelum makan. Setelah doa, saya kemudian bergegas untuk mengayunkan sendok untuk menyantap coto tersebut. Akan tetapi tindakan saya itu langsung dihentikan oleh pelatih. Mengapa??? Tanyaku denga keras dalam hati! Pelatih lalu menjelaskan lagi.

Sebelum makan, ada baiknya Coto tersebut diberikan sedikit perasan jeruk nipis sesuai selera.Harus demikian,biar terasa Cotonya. Ya begitulah penjelasannya, walaupun tidak masuk akal tapi saya coba mengikutinya.

Dan...

Apa yang terjadi, terjadilah!!!

Satu sendok makan, kami lewati bersama-sama tanpa berbicara! Yang terdengar hanyalah bunyi sahut-sahutan antara sendok dan mangkok keramik, tempat dihidangkannya coto tersebut.

Untuk memecah suasana "egois"karena menikmati makanan, saya kemudian berinisiatif untuk memberikan komentar pertama atas pengalaman merasakan Coto Makassar itu kepada teman-teman. Dan saya pun terkejut, karena kesan kami semua memiliki kemiripan satu sama lain.

Memang, harus saya akui tekstur daging sapi yang lembut, ditambah dengan bumbu khas Coto tersebut, terbih sambal taoco yang rasanya menantang, membuat saya "lupa diri".

Bahkan yang lebih mengherankan saya, kami merasa seperti tidak pernah mengalami masalah berat. Kekalahan yang kami alami tadi justru kembali kami tertawakan bersama. Bahkan ada yang dengan jujur, memohon maaf atas kesalahan yang diperbuatnya selama pertandingan.Dan suasana malam itu pun menjadi haru.

Kami terhanyut dalam kebersamaan dan kembali membangun persatuan bahkan komitmen untuk menjadi lebih baik lagi dalam pertandingan-pertandingan yang akan diselenggarakan oleh siapa pun.

Pengalaman tersebut, menjadi awal kecintaan saya atas Coto Makassar! Saya bahkan tidak segan-segan untuk menjadwalkan khusus waktu saya dalam sebulan satu atau dua kali mencicipi kuliner yang satu ini. Tentunya,harus tetap menjaga pola hidup sehat dan tidak boleh terhanyut dalam kenikmatan juga.

Tapi, yang paling penting dan berkesan bahwa Coto Makassar dapat meredahkan hati yang gusar, bahkan mempersatukan yang tercerai-berai.

Di akhir tulisan ini, saya hendak berterima kasih kepada mereka yang telah mengorbankan dirinya untuk membangun dan mengembangkan kuliner-kuliner khas daerah, teristimewa Coto Makassar ini.

Terima kasih! Dan saya merekomendasikan untuk sahabat-sahabat di mana pun anda berada, agar mencoba Coto Makassar. Saya jamin tidak akan rugi!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun