Mohon tunggu...
Gus Noy
Gus Noy Mohon Tunggu... Administrasi - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009, asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Selamat Pagi dalam Remang Senja

18 November 2019   02:21 Diperbarui: 18 November 2019   02:45 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sementara bedeng alias direksi keet mereka memang belum ada, sehingga tidak bisa menjadi tempat bekerja selama berada di lokasi. Demun belum memberi dana untuk pembangunannya, padahal itu kewajiban developer, dan seharusnya tertuang dalam kontrak kerja di bagian Persiapan.

***

Seorang bos kontraktor diborgol. Dua aparat mendampinginya. Sinar lampu kamera awak media menerpa wajah-wajah mereka.

Berita pagi kiriman Demun tentang sebuah sekolah negeri yang ambruk itu diingat oleh Lia. Lia menganggap kiriman Demun sebagai peringatan supaya tidak bermain-main dengan pekerjaan.

Tentu saja Lia tidak suka bermain-main dengan pekerjaannya. Belum lama ini, ketika hujan besar melanda di sebuah tempat yang pernah menjadi proyeknya, ada pekerjaannya yang rusak berat karena hujan, meskipun para pekerja sudah menunaikan pekerjaan sesuai dengan perintah dan gambar dari pemberi kerja.

Maka, pada pagi menjelang siang dalam sebuah pertemuan mendadak di ruang pemasaran itu Lia memberi sinyal keseriusannya pada Demun. Kemarin sore Sarwan dan Demun sudah membahasnya, dan hari ini urusannya adalah kontrak kerja untuk pekerjaan baru berupa pembuatan selokan di kanan-kiri jalan utama.

Tidak ada Sarwan dan Oji yang biasa mendampingi Lia. Hanya Odang, karena pekerjaannya masih dalam proses. Sementara dua anak buah Demun duduk dengan sikap tegak di kursi sampingnya.

Lia berpikir, memang cukuplah dirinya untuk urusan kontrak kerja, karena hasil pertemuan dengan Demun kemarin sudah disampaikan Sarwan. Tinggal berapa nanti hasil negosiasi harganya dengan patokan yang sudah tidak mungkin ditawar lagi.

Selama ini Lia merasa timnya bekerja sebagai kuli, bukannya kontraktor umumnya. Kontraktor rasa kuli, dan developer rasa mandor.

Bagi Lia, Demun sangat keterlalu dengan selalu menyodorkan harga paling dasar, bahkan pada harga material yang langsung dari harga pabrik. Demun tidak pernah mau berpikir dan berhitung bahwa material dari pabrik tidaklah diangkut secara gratis untuk tiba di lokasi.

Kenyataannya, hari ini, babak baru dimulai. Angka sudah disepakati, dan harganya lebih bagus daripada sebelum-sebelumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun