Mohon tunggu...
Gus Noy
Gus Noy Mohon Tunggu... Administrasi - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009, asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari).

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Di Balik Setangkai Mawar

6 September 2019   01:15 Diperbarui: 6 September 2019   02:15 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Setangkai mawar mungil berkujur duri
Kelopak-kelopak merah merekah
Kamu bingkiskan di bening embun
Menyongsong fajar menyingsing

Seandai bibir bergincu merah
Mengecup kelopak-kelopaknya
Duri-duri tidak dihirau

Tetapi aku tidaklah bergincu
Bibir legam berlumur kopi
Sendiri menekuri kelebat kelelawar

Setangkai mawar kamu bingkiskan
Duri-duri dan kuku-kukumu beradu maju
Seringai taring menyeruak di sela bibirmu
Mukamu selegam malam mendung tadi

Mukamu maju mawarmu dekat jakun
Mata memicing setajam belati

Aku sudah lama mengenalmu
Bunga-bungamu masih seperti dulu


Bawalah pulang mawar bertangkai penuh duri
Bingkiskan saja kepada musim penghujan para pemimpi

Aku hanya ingin sendiri di singsing fajar
Sebab 'kan kusongsong senandung burung-burung
Merdu nan syahdu semarak di gerbang waktu

*******
Kupang, 6 September 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun