Mohon tunggu...
Gus Noy
Gus Noy Mohon Tunggu... Administrasi - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009, asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari).

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Tokoh Hoaks dan Petisi Menolak Program Buku Puisi Esai Nasional

22 Januari 2018   09:55 Diperbarui: 30 Januari 2018   04:41 2182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

4. Meminta DJA menghentikan program Penulisan Buku Puisi Esai Nasional di atas. 

5. Menyerukan kepada semua yang terlibat program Penulisan Buku Puisi Esai Nasional DJA untuk mengundurkan diri, membatalkan kontrak, dan mengembalikan honor. 

6. Menyerukan kepada komunitas-komunitas sastra di seluruh Indonesia untuk ikut menolak program Penulisan Buku Puisi Esai Nasional DJA dan mencegah para anggotanya terlibat di dalamnya. 

Jakarta, 20 Januari 2018
Inisiator: Perkumpulan Penyair Muda Indonesia
 

Petisi ini akan dikirim ke:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Indonesia
Kementerian Pariwisata Indonesia

Selain petisi tadi, tentunya, masih ada tanggapan lainnya. Semisal dari Teguh Setiawan Pinang (TS Pinang) melalui Facebook pada 22 Januari 2018, "Di negeri maju seorang doktor akan buru-buru menolak berkomentar atas isu yang bukan termasuk dalam wilayah studinya. Di negeri bekas jajahan seorang doktor ilmu administrasi bisa sok tahu dan ngotot ingin diakui sebagai inovator di bidang sastra tanpa prosedur ilmiah yang memadai."


Tanggapan lainnya berupa penarikan karya sekaligus pengembalian honor Rp5 juta yang, salah satunya, dilakukan oleh Sastrawan Sumatera Utara Hasan Al Banna.

Dok. Saut Situmorang
Dok. Saut Situmorang
Tidak heran jika kemudian melalui Facebook pada 18 Januari 2018 Sihar Ramses Simatupang yang pernah mengembalikan honor puisi esai-nya sebesar Rp3 juta (9 Oktober 2015) pun menasihatkan, "Untuk generasi muda yang belum terperosok makelar puisi esai, kalo main hitung2an, uang beberapa juta itu banyak ruginya utk masa depanmu yang bernilai bermilyar2, plus harga diri yang dipertahankan, kehormatan, nilai karya yang harum di sepanjang jaman, resistensi dan integritas yang terjaga. Jangan mau jadi kuda tunggangan dia di dalam sejarah kesusastraan Indonesia!!!"

Demikian sedikit ulasan mengenai polemik yang 'mengguncang' sastra awal 2018 dengan kemunculan petisi penolakan itu. Polemik itu tidaklah cukup melihat kekinian dan kreativitas, melainkan pula berkaitan dengan keduluan (latar sejarahnya) sehingga jelas latar adanya petisi penolakan.

*******

Panggung Renung Balikpapan, 22 Januari 2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun