Mohon tunggu...
Gus Noy
Gus Noy Mohon Tunggu... Administrasi - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009, asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Duel Warung Minum

9 November 2017   00:45 Diperbarui: 9 November 2017   04:25 760
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku tidak tertarik pada semua kelompok di sekitar tempat tinggalku. Kalaupun aku terpaksa keluar rumah untuk suatu kunjungan, sudah pasti kepentinganku masih terkait erat dengan kepentingan bersama, terukur, terpantau, terdokumentasi, dan terevaluasi.

Mungkin mereka mengira aku memiliki kesadaran sosial yang memadai. Padahal, tugas utamaku juga berkaitan dengan kepentingan sosial itu, yaitu bergaul dalam kenyataan alias "membumi" asalkan memang untuk kepentingan bersama. Menjadi kebaikan bagi banyak orang di sekitar, begitulah kesan heroiknya. Kalau tidak mampu, berdiam diri dan belajarlah untuk bisa "menjadi".

Hujan adalah permainan alam yang sengaja membatasi gerak-gerikku terhadap situasi di luar rumah. Suara hujan juga menghalangi suara-suara dari kepentingan kelompok tetangga dan kedua warung itu. Pada saat khusyuk, hujan selalu mengajak aku pulang ke kampung halamanku melalui suara dan basahnya. Kalau sudah hujan, seketika terhapuslah kenyataan, dan terhidanglah banyak kenangan yang penuh keharuan dan kebahagiaan.

***

Kenyataanku adalah menunaikan tugas-tugasku di kota ini. Menghindar dari kenyataan merupakan pengingkaran terhadap diri sendiri. Lari dari kenyataan merupakan tindakan seseorang paling pengecut.

"Hidup adalah kenyataan yang harus dihadapi semampunya karena itulah tugas utama," pesan atasanku. "Mati adalah tunai atas semua tugas. Kau akan menikmati segalanya tanpa ada setitik pun kekhawatiran menjadi duri dalam daging!"

Di kota ini aku benar-benar berada dalam penugasan yang tidak main-main, walaupun aku selalu menganggap semua hanyalah sebuah permainan seperti masa kanak-kanak. Permainan kanak-kanak, tentunya, tetap dalam koridor dengan aturan tertentu. Main petak umpet tidak sama dengan main kelereng. Main kelereng pun berbeda antara main dengan garis lurus, segitiga, dan lubang. Dan lain sebagainya. Akhir dari semua adalah kesenangan pula, selain kepenasaran sampai menjelang tidur, bermain lagi keesokan hari sampai usai musim permainan.

Kuanggap setiap penugasanku di mana pun juga sama dengan sebuah permainan di suatu tempat yang menjadi wilayah penugasanku. Permainan tidak patut berbuntut perseteruan. Semua dimulai dengan kesenangan dan kesepakatan, sampai akhirnya tetaplah dengan kesenangan bersama. Kecurangan menjadi kecaman. Bukankah kau pun pernah mengalami masa bermain semacam itu?

Dan rumah kontrakan ini adalah bagian penting untuk penugasanku. Aku tidak diperbolehkan pindah oleh atasanku. Pindah rumah berarti menghindar dari kenyataan. Oleh atasanku, aku sengaja ditempatkan di rumah kontrakan yang berdekatan dengan kedua warung itu, sekaligus kelompok-kelompok tetangga dengan segala kepentingan masing-masing.

Berapakah harga atau nilai material dalam penugasanku? Kalau kusebutkan dengan material atau nilai tukar yang dipahami kebanyakan orang, niscaya tiada seorang pun percaya.

Kau pun tidak akan mampu percaya sebab hidup dalam ranah materialisme tidaklah cukup hanya dengan suatu prinsip yang kuyakini sendiri. Harus ada batasan nilai yang menjadi kesepakatan umum sebagaimana harga secangkir minuman di setiap warung . Tetapi aku berada di kota ini bukan disebabkan oleh kesepakatan umum bahkan tidak tergantung pada warung mana pun, melainkan karena penugasan dari atasanku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun