Mohon tunggu...
Gus Noy
Gus Noy Mohon Tunggu... Administrasi - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009, asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari).

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tempat Belajar Bertoleransi yang Nyata, Rasional, Ideal dan Potensial

30 Mei 2017   07:40 Diperbarui: 30 Mei 2017   10:18 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Setiap lembaga pendidikan pasti memiliki kegiatan ekstrakurikuler. Di lembaga pendidikan dasar dan menengah, misalnya pramuka, Palang Merah Remaja (PMR), OSIS, olahraga, dan lain-lain. Di pendidikan tinggi, misalnya Badan Ekskutif Mahasiswa, Himpunan Mahasiswa, Pers Mahasiswa, Paduan Suara, Marching Band , olahraga, Seni, dan lain-lain.

Suatu waktu, melalui kegiatan ekstrakurikuler itu, panitia pendidikan mengadakan hajatan bersama. Misalnya jambore, lomba karya ilmiah, dan lain-lain. Yang kemudian terjadi adalah pertemuan masing-masing perwakilan sekolah atau kampus.

Tentu saja, masing-masing sekolah atau kampus memiliki perbedaan SARA karena dalam koridor Pendidikan Nasional. Nah, bagaimana kemudian menerapkan nilai-nilai toleransi dalam kebersama itu?

7. Komunitas

Beraneka komunitas ditawarkan oleh sekitar tempat tinggal. Misalnya komunitas budaya-seni, olahraga, dan lain-lain. Anggotanya pun bisa dari aneka SARA.

Dalam kegiatan berkomunitas kerjasama antaranggota menjadi penting. Tentu saja berkaitan dengan maksud-tujuan dari masing-masing komunitas. Belum lagi ketika aktualitas-publisitas sebuah komunitas sangat memungkinkan di era kemudahan teknologi komunikasi terkini.

Dan, bukan hal aneh, jika suatu saat tempat suatu komunitas dikunjungi oleh orang atau komunitas lain, ‘kan? Selain itu, kerjasama antarkomunitas, baik dalam satu lingkup daerah maupun dengan daerah lainnya, juga hal yang biasa, ‘kan?   

8. Dunia Maya sebagai Media Sosial Lintas Tempat-Waktu

Yang terakhir ini, dunia maya, sudah bisa sampai di banyak kalangan, status sosial dan usia (kecuali bayi, barangkali). Dunia maya tidak mengenal tempat secara fisik – apakah di dalam rumah atau di luar rumah – melalui sebuah alat berukuran genggaman yang dikenal dengan nama gawai (gadget).

Komunikasi-informasi dan jejaring sosial lintas ruang-waktu sudah menjadi bagian dalam hidup sebahian orang, baik kanak-kanak maupun dewasa, dan baik seragam SARA-nya maupun berbeda. Orangtua atau orang lebih tua (dewasa) sebaiknya telah membekali anak-anak atau adik-adiknya mengenai kehidupan dalam dunia maya. Melalui dunia maya, pemahaman seseorang mengenai nilai-nilai dan penghayatan toleransi benar-benar diuji.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun