Mari berhitung sebentar. Asumsikan saja, tigapuluh tahun silam Kaltim memiliki 30 sekolah menengah atas di Kaltim. Di antara sekian pelajar, ada 1 pelajar saja peminat dan berbakat di bidang sastra dan tulis-menulis. Paling tidak, ada 30 calon penulis atau sastrawan setiap tahun. Maka, tigapuluh tahun kemudian Kaltim memiliki 900 penulis atau sastrawan. Sebuah angka yang fantastis, bukan? Memang fantastis jika cuma asumsi tanpa realitas.
Dalam dunia pendidikan tinggi di Kaltim pun sastra dan budaya tulis-menulis juga belum menjadi sesuatu yang penting. Hal ini bisa terbaca dari program studi (prodi) yang difasilitasi oleh lebih dari 30 perguruan tinggi. Hanya 3 perguruan tinggi yang menyelenggarakan Prodi Studi FKIP Bahasa dan Sastra Indonesia.
Di Samarinda Universitas Mulawarman yang memiliki 2 Prodi FKIP, yaitu FKIP Bahasa dan Sastra Indonesia (akreditasi C), dan FKIP Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah (akreditasi A), dan satu Prodi Sastra Indonesia (akreditasi C). Di Balikpapan terdapat 2 perguruan tinggi, yaitu Universitas Tridarma dan Universitas Balikpapan.
Mari berhitung lagi. Asumsikan saja ada 5 mahasiswa saja yang benar-benar menyadari pilihan mereka di bidang sastra dan budaya tulis-menulis. Dalam kurun waktu 5 tahun, Kaltim bisa memiliki 100 penulis atau sastrawan. Itu belum termasuk dari prodi sastra lainnya, semisal Sastra Inggris. Memang mudah berasumsi matematis, ‘kan?
Peran Instansi dan Lembaga Terkait
Kaltim memiliki 3 kotamadya, dan 7 kabupaten, yaitu Kota Samarinda, Kota Bontang, Kota Balikpapan, Kabupaten Berau, Kukar, Kutim, Kubar, Mahakam Ulu, PPU, dan Paser. Dengan adanya 10 wilayah ini, paling tidak, terdapat 10 instansi pemerintah yang berkaitan dengan pendidikan dan kebudayaan. Belum lagi ditambah dengan instansi pariwisata, atau biasa dikenal dengan Dinas Pemuda Olah Raga Kebudayaan dan Pariwisata (Disporabudpar).
Secara kalkulasi, ada 20 instansi terkait pendidikan dan kebudayaan. Dengan jumlah itu, setidaknya, kegiatan pembinaan, pelatihan (workshop) hingga penciptaan karya tulis-menulis dan sastra bagi generasi muda bisa dilakukan secara rutin setiap tahun.
Di samping itu masih ada dewan kesenian di tiap kota/kabupaten. Asumsikan saja, ada 10 dewan kesenian dengan masing-masing memiliki Komite Sastra. Seperti juga di 20 instansi pemerintah, 10 dewan kesenian bisa juga melakukan kegiatan pelatihan dan penciptaan karya tulis-menulis dan sastra.
Mari sebentar berasumsi lagi. Dalam satu kota/kabupaten terdapat dua instansi pemerintah terkait pendidikan dan kebudayaan, dan satu dewan kesenian ber-Komite Sastra. Dalam 1 tahun bisa terselenggara 3 kegiatan pembinaan, pelatihan, dan penciptaan karya tulis-menulis atau sastra. Kalau dalam kegiatan tersebut terdapat 5 peminat sejati dan berbakat, masing-masing kota/kabupaten akan memiliki 15 penulis atau sastrawan dalam 1 tahun.
Dan, kalau dalam 5 tahun setiap kota/kabupaten memiliki 75 penulis atau sastrawan, Kaltim pun memiliki 750 penulis atau sastrawan. Memang sebuah jumlah yang luar biasa jika sekadar sebuah asumsi matematis begitu.
Peran Media Massa