Arti maqom adalah kedudukan manusia di hadapan Allah, Makna maqom adalah untuk mengetahui posisi dan tanggung jawab yang harus di lakukan atau di af'al-kan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya maqom Hamba Allah, maka kita haruslah benar-benar taat dengan segala perintah dari perintah dan larangan Allah, karena sebagai hamba tentu kita harus taat kepada Allah. Misalnya Maqom Wali Allah, maka seseorang tersebut atau Wali (utusan) tersebut akan melakukan perintah Allah untuk menyelamatkan dan membimbing manusia kepada jalan Allah dengan diiringi sifat kasih sayang yang bersumber dari Allah Azza Wa Jalla.
   Banyak para ahli sufi dan tasawuf yang menjelaskan tentang beberapa tingkatan Maqom, seperti yang di jelaskan oleh Imam Al Ghazali dalam kitabnya Ihya' Ulumuddin, menjelaskan beberapa maqom seperti Maqom Taubat, Maqom Sabar, Maqom Faqir, Maqom Zuhud, Maqom Tawakal, Maqom Mahabah, Maqom Ma'rifat dan Maqom Ridho. Sedangkan tokoh sufi lainnya seperti Ibn Atha'illah menjelaskan beberapa tingkatan maqom seperti, Maqom Taubat, Maqom zuhud, Maqom Sabar, Maqom syukur, Maqom khauf, Maqom ridha dan tawakal, Maqom mahabah. Selain para sufi diatas masih banyak yang menjelaskan beberapa tingkatan maqom bagi seorang salik dalam bersuluk-nya.
   Merujuk dari arti dan makna maqom serta perjalanan spiritual dari seorang guru yang saya hormati beliau menjelaskan kepada saya bahwa ada beberapa tingatan maqom yaitu:
   Maqom yang paling tinggi dan sempurna yaitu Nabi Muhammad SAW dengan kedudukan sebagai Rasullullah. kemudian ada  Maqom Nabiyullah,  Maqom Khalifatullah,  Maqom Kholillullah, Maqom Dabiatullah, Maqom Ruhullullah, ada pula Maqom Kalamullah (Nabi Musa). Selanjutnya ada Maqom Salammullah, Maqom Rahmatullah,  Maqom Habibbullah, Maqom Karimullah, Maqom Waliyyullah, Maqom Radhiallah, Maqom Sidiqullah, Maqom Hamba Allah, Maqom Kufurullah (orang-orang yang kufur nikmat di hadapan Allah), Maqom Fasikullah, Maqom Munafikullah, Maqom Kafirullah (maqom terendah seorang manusia di hadapan Allah, yaitu kafirullah).
   Sebagai seorang salik tentunya kita harusnya mengetahui kedudukan kita di hadapan Allah atau yang sering di sebut MAQOM, dengan mengetahui maqom kita, tentu akan memudahkan cara berpikir kita untuk mengaplikasikan kehidupan sesuai dengan maqom yang kita sandang atau kita duduki, atau yang ingin kita raih. Selain itu, bila kita mengetahui tentang kedudukan maqom tentunya akan membuat kita semangat untuk meningkatkan kualitas iman dan taqwa kita di hadapan Allah Azza Wa Jalla.
   Ada hal penting yang harus kita garis bawahi, yaitu jangan sampai  terjebak pada maqom kufurullah, fasikullah atau munafikullah apalagi sampai pada maqom kafirullah. Sebagai seorang salik kita harus waspada pada kondisi diri kita, oleh sebab itu marilah kita tingkatkan kewaspadaan kita, agar  benar-benar bisa menduduki maqom minimal HAMBA ALLAH yaitu seorang manusia yang taat akan perintah Allah.  Seorang hamba Allah tentunya memiliki komitmen yang kuat untuk tidak merugikan orang lain, tentu selalu jujur diri dalam kehidupannya (yaitu selalu memperbaiki diri), dan selalu istiqomah dalam menjalankan perintah Allah.
   Dalam realitas kehidupan tingkatan kedudukan itu merupakan hukum yang pasti, sepertinya adanya kedudukan yang paling rendah, ada kedudukan yang selevel, ada kedudukan yang tinggi dan ada kedudukan paling tinggi baik itu hubungan manusia dengan Allah ataupun hubungan manusia dengan manusia.
   Disini saya akan mencoba  mengambil contoh dalam lingkungan keluarga untuk memberikan inspirasi tentang memahami kedudukan serta aplikasinya. Seorang suami tentunya memilki kedudukan yang paling tinggi dalam rumah tangga dan sebagai imam, kemudian seorang istiri memiliki kedudukan di tengah dalam keluarganya, serta seorang anak memiliki kedudukan paling bawah dalam susunan sebuah keluarga. Biasanya seorang suami yang merasa dirinya paling tinggi dalam keluarga serta merasa menjadi imam dalam keluarga, maka segala pendapatnya harus dipatuhi oleh istri dan anak-anaknya, hal inilah yang sering menjadi penyebab konflik dalam keluarga, karena ada kalanya sang istri tidak sependapat dengan suaminya.  Begitu pula dengan cara berpikir anak dan tindakan anak, terkadang kita sebagai orang tua sangat berharap dengan sekuat mungkin apa yang menjadi keinginan kita sebagai orang tua dituruti oleh anak-anak, kondisi ini juga sering menjadi sebab terjadinya konflik keluarga antar orang tua dan anak.
   Apabila kita memang memiliki KEDUDUKAN yang paling tinggi, bila selalu memaksakan kehendak terhadap orang yang memiliki kedudukan di bawah kita, biasanya akan sering terjadi konflik, oleh sebab itu ada hal yang perlu di garis bawahi yaitu SADARILAH bahwa kedudukan yang paling tinggi semestinya memiliki ilmu kemampuan untuk bersabar agar dapat mendengar, menimbang, dan merundingkan dengan lingkunganya baik itu keluarga ataupun lingkungan pekerjaan.
   Akan terasa lebih indah bila kita mampu menjadi pendamping yang sangat menyadari tentang kemampuan orang di lingkungan kita, sehingga mereka mampu mencapai apa yang mereka harapkan dengan berpegang teguh pada prinsip-prinsip keselamatan di dunia maupun akhirat.
   Bila kita MERASA PALING pandai, paling atas dalam kedudukan, paling hebat diantara orang-orang lain, maka biasanya akan terjebak pada EGO dan KESOMBONGAN, oleh sebab itu berhati-hatilah dalam menyadari tentang KEDUDUKAN yang kita peroleh ataupun yang kita duduki. Orang yang mengerti tentang ILMU SABAR, tentu akan mampu mendengar aspirasi dari bawah atau orang lain, baik itu tentang kehidupan, pekerjaan, spiritual, cinta dan lain-lain. Orang yang SABAR tentunya akan dapat mengolah kondisi lingkungannya dengan baik dan benar, tanpa harus merusak keadaan, melainkan memperbaiki keadaan.
   Ada falsafah jawa yang berbunyi "Ojo Rumongso Bisa, Ning Biso Rumongso" yang artinya adalah "Jangan Merasa Bisa, akan tetapi Bisa Merasakan" Kalau kita merasa bisa, biasanya akan menciptakan KESOMBONGAN, namun kalau kita BISA MERASAKAN  maka akan muncul sifat kasih sayang, empati, kepedulian dan lain-lain yang memiliki nilai-nilai kemanfaatan dalam kehidupan dunia dan rohani.
   Oleh sebab itu marilah kita sama-sama menyadari untuk dapat BISA MERASAKAN kondisi diri kita, keluarga kita dan lingkungan pekerjaan kita, agar tercipta situasi yang HARMONIS baik itu dalam kaitannya hubungan dengan ALLAH ataupun hubungan dengan sesama manusia. Agar jiwa kita benar-benar bisa merasakan diri kita, lingkungan kita, maka ada baiknya kita perkuat dengan amalan dzikir "Ya Rahman Ya Rahim, Ya Ghafar Ya Qudus, Ya Wadud". Ini kita dzikirkan sebanyak-banyaknya sampai kita benar-benar menemukan rasa yang nikmat dalam jiwa kita. Bila Dzikir Asma Allah ini sering kita baca dengan ikhlas, maka suatu ketika kita akan di berikan cahaya atau nur sifat kasih sayang yang datangnya dari Allah.Â
   Mengapa kita memerlukan dzikir? saya akan memberikan gambaran kepada anda, saat ini pasti ada sangat mengerti dan kenal dengan kalimat DOWNLOAD. Begitu pula dengan kehidupan rohani, kita membutuhkan DOWNLOAD NUR/CAHAYA ILAHIAH yang banyak, SESUAI dengan kebutuhan yang kita prioritaskan terlebih dahulu, agar Allah senantiasa memberikan kasih-sayang-Nya kepada kita yang mendzikirkan kalimat Asma Allah, yang kemudian diharapkan kita juga memiliki sifat kasih sayang yang tulus bersumber dari Allah Azza Wa Jalla.
   Apabila kita sering mendzikirkan asma Allah tersebut diatas dengan perasaan penuh keikhlasan dan kesadaran serta selalu memohon RAHMAT ALLAH, maka suatu saat kita akan bisa menjadi seorang yang bisa MERASAKAN Baik secara internal maupun eksternal. Jika kita BISA MERASAKAN, maka tingkat kesabaran kita juga akan lebih meningkat, sehingga kita benar-benar bisa menjadi manusia yang berguna dan bermanfaat baik dalam kehidupan dunia maupun kehidupan akhirat, semoga pula saya dan anda benar-benar bisa masuk ke QS 19:57 (surat Maryam ayat 57) yang berbunyi "Wa Rofa' Naahu Makaanan 'alyya" yang artinya adalah "Dan kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi".
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI