Mohon tunggu...
GuruMu
GuruMu Mohon Tunggu... Saya Merupakan Guru Bahasa Indonesia

Jika pengalaman adalah guru terbaik, maka pengalaman terbaik saya adalah menjadi guru. Ikuti akun saya dan jangan lupa baca kemudian like agar saya semangat menulis hal-hal baru yang bermanfaat dan menghibur kalian guys. Salam literasi👍L

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hujan yang Lupa Reda

8 Oktober 2025   15:41 Diperbarui: 8 Oktober 2025   15:41 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sampul Cerpen Hujan yang Lupa Reda

Di usia 27 tahun, bagi Aisyah, hujan bukan lagi sekadar air yang jatuh dari langit. Hujan kali ini adalah metafora untuk hatinya yang sedang berantakan. Putus cinta dengan seseorang yang ia kira akan menjadi pelabuhan terakhirnya, membuat Aira merasa seperti kehilangan arah.

Magelang, kota kecil tempat Aisyah tinggal, biasanya terasa begitu nyaman dan tenang. Namun, sejak perpisahan itu, setiap sudut kota seolah menjadi saksi bisu kenangan pahitnya. Taman Kyai Langgeng, tempat mereka dulu sering menghabiskan sore bersama; Alun-alun kota, tempat mereka berpegangan tangan di tengah keramaian; hingga warung kopi di dekat rumahnya, tempat mereka berbagi cerita dan tawa. Semuanya kini terasa menyakitkan.

Setiap kali hujan turun, Aisyah selalu teringat pada Axel, mantan kekasihnya. Axel selalu tahu bagaimana cara menghiburnya saat ia sedih. Lelaki itu selalu bisa membuatnya tertawa, bahkan di saat-saat terburuknya. Namun, kini Axel telah pergi, meninggalkan Aisyah seorang diri dalam kesedihan yang mendalam.  Aisyah mencoba untuk tegar. Ia menyibukkan diri dengan bekerja, bertemu teman-temannya, dan melakukan berbagai aktivitas yang dulu ia sukai. Namun, semua itu hanya berhasil mengalihkan perhatiannya sesaat. Di malam hari, saat ia sendirian di kamarnya, kesedihan itu kembali datang menghantuinya.

Suatu malam, saat hujan deras mengguyur kota Magelang, Aira tidak bisa lagi menahan air matanya. Ia menangis sejadi-jadinya, meluapkan semua kesedihan dan kekecewaannya. Ia merasa seperti hujan yang tidak pernah reda, seperti luka yang tidak pernah sembuh. Namun, di tengah tangisnya, Aisyah tiba-tiba teringat pada kata-kata ibunya. "Nak, setiap hujan pasti akan reda. Setiap luka pasti akan sembuh. Kadang hidup membuatmu basah, tapi kamu bukan dicipta untuk tenggelam. Kamu hanya perlu waktu untuk membiarkan dirimu merasakan semua itu."

Kata-kata itu memberikan Aisyah sedikit kekuatan. Ia mulai mencoba untuk menerima kenyataan bahwa Axel telah pergi dari hidupnya. Ia mulai belajar untuk mencintai dirinya sendiri, untuk menghargai apa yang ia miliki, dan untuk membuka hatinya bagi kemungkinan-kemungkinan baru.

Aisyah tahu bahwa proses penyembuhan ini tidak akan mudah. Akan ada hari-hari di mana ia merasa sangat sedih dan merindukan Axel. Namun, ia juga tahu bahwa ia tidak sendirian. Ia memiliki keluarga dan teman-teman yang selalu mendukungnya. Dan yang terpenting, ia memiliki dirinya sendiri.

Perlahan tapi pasti, Aisyah mulai bangkit dari keterpurukannya. Ia mulai melihat keindahan dalam setiap tetes hujan, bukan lagi kesedihan. Ia mulai menyadari bahwa hidup ini penuh dengan kejutan dan kesempatan. Dan ia siap untuk menghadapinya dengan senyuman.

Suatu hari, saat Aira sedang berjalan-jalan di Taman Kyai Langgeng, ia bertemu dengan seorang pria yang tidak sengaja menabraknya. Pria itu meminta maaf dan menawarkan untuk mentraktirnya kopi sebagai permintaan maaf. Aisyah tersenyum dan menerima tawaran itu.

 

Siapa tahu, mungkin saja pria ini adalah awal dari babak baru dalam hidup Aisyah. Mungkin saja, setelah hujan yang panjang ini, akan datang pelangi yang indah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun