Mohon tunggu...
Gurgur Manurung
Gurgur Manurung Mohon Tunggu... Konsultan - Lahir di Desa Nalela, sekolah di Toba, kuliah di Bumi Lancang Kuning, Bogor dan Jakarta

Petualangan hidup yang penuh kehangatan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Logika dan Nalar dalam Kasus Pelecehan Seksual Ibu PC

5 September 2022   10:42 Diperbarui: 5 September 2022   11:04 735
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Kompas.com 

Sejak saya menikah  istri saya  sudah mengganti   7 orang sopir kantor    yang semuanya laki-laki.  Jika saya perhatikan 7 orang itu sangat sopan dan hormat  kepada istri saya.  Mengapa  mereka sopan dan hormat?  Menurut saya istri saya sangat berwibawa tanpa sedikitpun ucapan atau tingkahnya yang  membuat dia tidak berwibawa.  Para sopir itu menyiapkan  semua yang berhubungan dengan  kantor.

Di berbagai tempat yang saya amati mengapa perempaun  seringkali mendapat  perkataan yang tidak lazim   seperti candaan yang tidak pantas seperti  terkait ucapan porno disebabkan karena perempuan itu membuka celah atau bersikap membalas candaan. Dengan kata lain ada respon.  Jika laki-laki  mencoba bicara yang tak pantas ,  jika langsung ditegur pastilah tidak ada yang berani mengulanginya. Mengapa perempuan selalu disalahkan?

Ulil Abshar Abdalla cendekiawan muslim di negeri  ini pernah menulis di Kompas agar laki-laki   menjaga pikirannya. Menurut Ulil, kita tak perlu  mengajari perempuan  cara berpakaian tetapi  laki-laki yang harus menjaga pikirannya.  

Pendapat Ulil benar, karena jika laki-laki  menjaga pikirannya maka  laki-laki tidak akan pernah tertarik dengan  percakapan atau apapun tingkah perempuan  yang tidak pantas  dari seorang perempuan yang menggoda.

Peradaban terjadi ketika semua pihak berlomba untuk percakapan yang beradab,  dan  sikap hormat kepada sesama tanpa melihat jenis kelamin.  Dalam tatanan diskusi  cukup mudah diungkapkan tetapi dalam praktek  seringkali mengalami kesulitan karena ada faktor ketertarikan dalam hubungan jenis kelamin yang berbeda. 

Hubungan keseharian lain jenis ini   memang unik dan ada godaan yang  acapkali melewati batas bahkan tidak terkendali.

Dalam konteks  tragedi  brigadir J yang  menurut  isu bahwa  awal mula dari ditembaknya brigadir J karena murka  Jenderal  FS atas cerita istrinya yang mengalami pelecehan  seks  yang dilakukan brigadir J.  Mungkinkah  seorang brigadir J  melakukan    pelecehan terhadap  istri sang jenderal?  Dari hierarki jabatan rasanya tidak mungkin.

 Mungkinkah tiba-tiba brigadir J melakukan pelecehan seks  secara tiba-tiba?   Bagaimana  hubungan brigadir J  selama ini dengan ibu PC  dalam hal komunikasi?  Bagaiamana suasana keluarga  jenderal FS?  Apakah ibu PC selama ini membuka celah dalam pembicaraan dengan  brigadier J?  

Potensi pelecehan seksual mungkin terjadi jika ada celah  dalam komunikasi selama ini. Tidak mungkin  ada niat brigadier J melakukan pelecehan seks jika ibu PC  berwibawa ditambah  pula seorang istri jenderal.  Dalam budaya Batak jika tinggal bersama orang lain maka dianggap ayah dan ibu kandung.

Dari sudat pandang atau kajian apapun jika ibu PC bersikap  sebagai istri pimpinan,  atau bersikap sebagai ibu bagi brigadier J  maka tidak ada potensi apapun  bagi brigadir  J untuk melakukan pelecehan seks.  Jika kita cermati cerita ini maka isu pelecehan seksual merupakan  cerita yang kehilangan nalar dan logika.

Jika  kita telusuri latar belakang   brigadier J  yang dilahirkan seorang  ibu   boru Simanjuntak  seorang guru honorer di Jambi dan seorang ayah yang sangat baik  menunjukkan bahwa brigadier J adalah anak yang baik. Ayah brigadir J menceritakan bahwa  sejak kecil brigadir J rajin sekolah minggu.  

Dari aspek rohani, budaya dan  pembinaan yang dilakukan orang tua brigadier J  potensi  melakukan pelecehan seks tidak memungkinkan. Apalagi dari aspek  umur brigadier J  dengan ibu TC  sangat jauh. Andaikan brigadir J mengalami kelainan seks sekalipun dia tidak melakukan kepada  pimpinannya.

Dari kasus  brigadier J  sulit  kita mengambil hikmahnya. Hal itu disebabkan  karena  cerita  itu tidak masuk nalar dan logika.   Ilmuwan perilaku pun  mungkin  akan kebingungan  jika  membaca kronologis yang dilakonkan dalam reka ulang kasus ini. 

Logika sehat kita   bertanya, "apakah selama brigadir J  bersama keluarga FS tidak menunjukkan kecurigaan?"  Tidak mungkin brigadir J  tidak menunjukkan tanda-tanda terkait dengan potensi pelecehan seks  yang akan dilakukannya.  Sebab,  perilaku itu adalah tindakan yang berulang.  Tidak mungkin tiba-tiba tanpa ada  tanda-tanda yang mencurigakan.

Selama ini  kita  acapkali  berdebat dengan polisi  dan berakhir dengan  debat yang tidak masuk akal.  Kasus ini menambah cerita bagi polisi  yang  menantang nalar dan logika kita untuk sehat.  Walaupun  cerita pelecehan seksual yang dilakukan brigadier J ke PC menantang nalar dan logika kita, mari kita belajar menghindari  seluruh potensi pelecehan seksual.   

Kita tutup  potensi sekecil apapun   untuk bebas dari pelecehan seksual.  Berharap kasus yang  memilukan ini   menunjukkan keadilan  dan pembelajaran bagi kita.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun