Mohon tunggu...
guntursamra
guntursamra Mohon Tunggu... Abdi Masyarakat

Lahir di Bulukumba Sulawesi Selatan. Isteri : Samra. Anak : Fuad, Afifah

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kala pagi belum benar-benar pagi

18 Mei 2025   23:04 Diperbarui: 18 Mei 2025   23:04 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Dokumen Pribadi 

Pagi ini. Saat waktu belum benar-benar pagi. Pada dahan, kupandangi daun digelayut embun. Laksana dua kekasih bertemu, bicara tentang rindu dilarung malam.

Lalu mentari datang serupa sinar, mengusik. Tetes embun perlahan beringsut, kemudian menguap. Tinggalkan sepi di kening daun.

Melihat itu aku jadi ingat. Serpihan kenangan yang belum usai bersama karamnya masa-masa. Kita pernah hadir disitu. Kamu datang, aku biarkan.

Sembari menunggu pagi beranjak siang. Dan semilir angin mengganti embun pada daun. Aku melirik sejenak di sana. Pada kenangan tentang rambut dan wangi tubuhmu. 

Kemudian aku melangkah pergi, sejauh yang kumampu. Kamu lenyap, aku ikhlaskan. Biarlah. Karena kutahu, akan ada embun lagi menyapa daun esok pagi. Kala pagi belum benar-benar pagi.

Sinjai, 18 Mei 2025

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun