Tetapi tetap saja: apresiasi bukan hanya uang. Apresiasi adalah juga perhatian. Apresiasi adalah memastikan karya-karya itu dibaca. Apresiasi adalah mengajak anak sekolah bukan sekadar membaca puisi Rendra, tetapi juga membaca puisi dari penyair yang namanya tak dikenal di Jakarta. Apresiasi adalah merawat keberagaman suara, bukan sekadar menghitung masa bakti.
Ada pertanyaan lain yang lebih jauh: Mengapa pemerintah merasa perlu turun tangan? Apakah karena masyarakat pembaca sendiri semakin kecil? Apakah karena pasar buku tidak sanggup menghidupi para sastrawan? Jika ya, maka bantuan ini hanyalah plester di atas luka yang lebih dalam.
Sastra kita, mungkin, memang sedang sepi. Penjualan buku sastra jarang menembus ribuan eksemplar. Puisi hanya dibaca di lingkaran yang kecil. Cerpen di koran semakin jarang. Kritik sastra nyaris lenyap. Dalam keadaan begini, negara datang dengan sebuah angka. Tetapi angka tak bisa membangun ekosistem.
Saya membayangkan sesuatu yang lain: bagaimana jika, alih-alih hanya memberi uang, pemerintah membangun perpustakaan digital sastra Indonesia, dengan semua karya dari generasi ke generasi. Bagaimana jika pemerintah menyokong penerjemahan karya-karya itu ke bahasa asing. Bagaimana jika negara mendukung festival sastra kecil di kota-kota, agar suara-suara sastrawan bisa lebih terdengar. Itu, mungkin, lebih dari sekadar angka. Itu membuat karya hidup.
Karena pada akhirnya, yang membuat sastrawan dikenang bukanlah Rp25 juta atau Rp40 juta. Yang membuat ia tetap hidup adalah kalimatnya. Dan kalimat itu hanya bisa hidup jika terus dibaca.
Ada sebuah cerita lama: Sutardji Calzoum Bachri pernah berkata, ia menulis bukan untuk hadiah, tetapi untuk hidup. Hidup, artinya, memberi nyawa pada kata. Dan kata itu akan berjalan lebih jauh daripada penghargaan apa pun.
Mungkin, bantuan pemerintah ini hanyalah isyarat kecil. Sebuah tanda bahwa negara, meski terlambat, ingin memberi salam. Biarlah begitu. Tetapi kita tak boleh lupa: sastra tidak tumbuh dari angka, ia tumbuh dari pembaca.
*Gunoto Saparie adalah Ketua Umum Dewan Kesenian Jawa Tengah.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI