Mohon tunggu...
Marius Gunawan
Marius Gunawan Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis adalah usaha Meng-ada-kan ku

Mencari aku yang senantiasa tidak bisa kutemui

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Salah Kaprah Calon Presiden Pemersatu Bangsa

25 Juni 2022   15:56 Diperbarui: 26 Juni 2022   13:42 536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber photo: tribunnews.com

Pilpres masih dua tahun lagi, namun ajang mengelus jago sudah dimulai. Hasil prediksi berdasarkan jajak pendapat pun semakin memeriahkan dugaan siapa yang akan menjadi capres. 

Para partai politik pun seperti berlomba membentuk koalisi dengan capres nya masing - masing. 

Adalah partai Nasdem yang dengan tegas telah mempunyai 3 calon presiden dalam Munas nasional partai yang didirikan Surya Paloh ini.  Tentu partai Nasdem punya pertimbangan tersendiri mengapa mendukung Ganjar, Anies dan Andika Perkasa sebagai Capres mereka. 

Sebenarnya siapapun yang dicalonkan tidaklah menjadi persoalan jika kita sepakat bahwa para calon presiden itu adalah putra - putri terbaik bangsa. 

Namun, justru kriteria "terbaik" itulah yang menjadi masalah, karena warna politik dan jejak kiprah tokoh yang dicalonkan nampaknya justru meneruskan konflik Pilpres sebelumnya yang penuh warna polarisasi dan politik identitas. 

 Pengalaman Pilpres yang lalu justru memperlihatkan betapa negara ini menghadapi ancaman dalam hal kebhinekaan, inklusifitas, toleransi dan saling menghargai perbedaan.

Tentu tidak diharapkan kejadian tersebut kembali menghantui ajang pilpres yang akan datang sebab peristiwa tersebut jelas sangat merugikan bangsa ini.

Seolah mau menjawab kekhawatiran di atas, lalu ada usulan dari tokoh dan partai politik untuk memilih pasangan capres "Pemersatu Bangsa". Dan calon presiden dan wakil presiden yang menurut mereka memenuhi kriteria ini adalah jika menggabungkan capres Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan.

Sekilas ide ini sepertinya tepat, karena para pendukung kedua calon inilah yang senantiasa berseberangan dan saling mengejek dalam riuh rendah nya dunia nyata para relawan dan dunia Maya para netizen. Diharapkan dengan menyatukan kedua capres ini maka polarisasi dan pertikaian kedua kubu menjadi hilang.

Namun jika ditelaah lebih jauh sebenarnya usul ini salah kaprah dan dampaknya pasti tidak sesuai dengan maksud "persatuan bangsa". Mengapa?

Alasan pertama adalah penyatuan ini seperti mencampur minyak dengan air, sudah pasti tidak akan bisa bersama, karena simbol - simbol dan jejak politik keduanya sangat lah berbeda. 

Jika dipaksa, justru para pendukung akan meninggalkan mereka berdua dan melirik tokoh lain yang menurut kedua kubu bisa menggantikan warna politik serta sikap Ganjar dan Anies. Akan ada kuda hitam yang diuntungkan. Atau mungkin justru inilah yang diharapkan oleh pencetus ide ini?

Jika kita memang masih mencintai negara dan bangsa ini, justru harus menggabungkan tokoh dan Capres cawapres yang sikap politik dan jejak langkahnya sudah terbukti menjujung tinggi persatuan bangsa dengan sikap: moderat, toleran, mendukung kebhinekaan dan pluralisme dan tidak menggunakan politik identitas untuk merebut tampuk kekuasaan. 

Hanya dengan menggabungkan dua tokoh yang seperti inilah, Indonesia menjadi negara yang aman, damai serta rumah indah untuk semua kalangan. Justru untuk capres cawapres yang akan datang diharapkan tokoh yang sudah jelas memanfaatkan politik identitas, sara dan pemecah belah harusnya tidak punya kesempatan untuk dicalonkan. 

Mengakomodasi tokoh yang tidak toleran, radikal dan jelas jejak politik nya telah manfaatkan politik identitas bukanlah cara berdamai tapi justru memberi panggung untuk orang yang memecah belah bangsa dan bukannya mempersatukan. 

Ide untuk menyatukan Ganjar dan Anies bukan usul cemerlang tapi jelas salah kaprah, dan bahkan menyesatkan.***MG

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun