Alasan pertama adalah penyatuan ini seperti mencampur minyak dengan air, sudah pasti tidak akan bisa bersama, karena simbol - simbol dan jejak politik keduanya sangat lah berbeda.Â
Jika dipaksa, justru para pendukung akan meninggalkan mereka berdua dan melirik tokoh lain yang menurut kedua kubu bisa menggantikan warna politik serta sikap Ganjar dan Anies. Akan ada kuda hitam yang diuntungkan. Atau mungkin justru inilah yang diharapkan oleh pencetus ide ini?
Jika kita memang masih mencintai negara dan bangsa ini, justru harus menggabungkan tokoh dan Capres cawapres yang sikap politik dan jejak langkahnya sudah terbukti menjujung tinggi persatuan bangsa dengan sikap: moderat, toleran, mendukung kebhinekaan dan pluralisme dan tidak menggunakan politik identitas untuk merebut tampuk kekuasaan.Â
Hanya dengan menggabungkan dua tokoh yang seperti inilah, Indonesia menjadi negara yang aman, damai serta rumah indah untuk semua kalangan. Justru untuk capres cawapres yang akan datang diharapkan tokoh yang sudah jelas memanfaatkan politik identitas, sara dan pemecah belah harusnya tidak punya kesempatan untuk dicalonkan.Â
Mengakomodasi tokoh yang tidak toleran, radikal dan jelas jejak politik nya telah manfaatkan politik identitas bukanlah cara berdamai tapi justru memberi panggung untuk orang yang memecah belah bangsa dan bukannya mempersatukan.Â
Ide untuk menyatukan Ganjar dan Anies bukan usul cemerlang tapi jelas salah kaprah, dan bahkan menyesatkan.***MG