Mohon tunggu...
Gumawang Jati
Gumawang Jati Mohon Tunggu... Administrasi - Suka sepi

Akupun akan diam dalam sunyi.....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Makan Malam Mengukir Langit Mimpi

31 Desember 2011   15:25 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:31 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sobat mari kita makan malam!! Malam sudah merekah 4 jam yang lalu membenamkan mentari di bawah kaki katulistiwa kelelawar sudah menjerit jerit di langit jingga malam sudah bergelombang bersama angin utara malam sudah menabur pasir pantai pulaumu mari sobat kita makan malam ini bersama candamu dan banyolanmu *** sebongkah malam telah hadir kokohnya malam sekokoh pikirmu kerasnya malam sekeras kemauan jiwamu untuk tetap bersamaku walau aku selalu menggila dan tetap gila sobat, jangan pernah kau usir sebongkah malam ini. *** malam bukan hanya milik kita sobat malam ini milik kunang kunang jalang milik jeritan kelelawar lalu...? akan kita apakan malam ini? *** malam penuh mantera ini terlelehkan jilatan lidah api malam ini mengamuk berontak berontak untuk menari *** Sobat, biarkan malam ini menari menari di atas kain kafan putih biarkan tangan renta itu menemanimu menari dan menari sampai akhir untuk mengukir langit. *** Sobat biarkan langit itu, membungkus ragamu menutup auratmu tapi bukankah itu melawan takdir? bukankah malam itu telanjang lugas seperti kodratmu? biarkan angan, langit dan malam tetap telanjang lugas menghamba pada Sang Khalik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun