Mohon tunggu...
Guıɖo Arısso
Guıɖo Arısso Mohon Tunggu... Insinyur - ᗰᗩᖇᕼᗩEᑎ

ᗰᗩᖇᕼᗩEᑎ

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Artikel Utama

Menyiasati Ancaman Kekeringan agar Tidak Jadi Penyakit Menahun

3 September 2021   16:27 Diperbarui: 4 September 2021   15:51 789
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi melakukan mitigasi sebelum terjadi kekeringan. (sumber: Thinkstockphotos via kompas.com)

Dokpri
Dokpri

Selain dengan mencocokkan dengan kalender tanam guna memitigasi adanya kekeringan hingga gagal panen, mereka juga menyiapkan embung dari tadahan air hujan yang dibuat ala kadarnya. Ada juga petani yang berinisiatif menggali sumur sendiri di kebun misalnya.

Namun lagi-lagi, di tengah anomali cuaca yang tak menentu sekarang ini, ketersediaan embung dan sumur galian yang terbatas itu terasa belum siap untuk prospek jangka panjang. Tapi, mau bagaimana lagi, paling tidak dua hal itu merupakan cara terbaik yang bisa dilakukan oleh para petani di tengah situasi batas.

Adapun selain memanfaatkan dua cara di atas, upaya dalam menyiasati musim kemarau agar tidak deja vu bisa dengan memperbanyak embung atau dalam skala besar misalnya menambah armada bendungan penampuang air.

Kita di NTT memang patut bersyukur ihwal berkat campur tangan pemerintah pusat, sejauh ini sudah ada 3 dari 9 bendungan raksasa yang sudah selesai dibangun dan airnya bisa dimanfaatkan untuk keperluan air bersih masyarakat.

Sebagai informasi saja, 3 bendungan di NTT yang sudah resmi beroperasi itu adalah Bendungan Napun Gete di Sikka (2021), Bendungan Rotiklot di Belu (2019), dan Bendungan Raknamo di Kupang (2018).

Tentu saja pembangunan bendungan-bendungan ini hadir sebagai jawaban pemerintah pusat atas darurat ketersediaan air bersih di NTT. Maka dari itu, manfaatkan air itu dengan sebaik-baiknya.

Seraya kita terus berharap agar pemerintah pusat tetap pada komitmennya untuk menyelesaikan beberapa proyek bendungan yang tersisa itu. Dan yang tidak kalah pentingnya lagi adalah, kepada masyarakat NTT untuk lebih bijak dan jangan serampangan mengelola hutan serta ekosistem yang ada di dalamnya.

Tersebab selama ini, sudah banyak kasus pembalakan hutan secara liar dan tidak bertanggung jawab, terkhusus di wilayah Manggarai.

Ingat! Hutan itu habitus hidup dan yang menghidupi. Pembabatan hutan adalah awal dari kepunahan manusia itu sendiri.

Tolonglah saudara-saudara, sadarlah. Mari jaga hutan kita tetap lestari agar kita dilimpahi berkat air yang berkecukupan. Niscaya bencana kekeringan akan jauh dari kehidupan kita, sekalipun musim kemarau datang silih berganti.(*)

Semoga bermanfaat!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun