Mohon tunggu...
Go Teng Shin
Go Teng Shin Mohon Tunggu... -

Menulis dengan Data dan Logika.\r\nHobby tertawa, tinggal di Jakarta Barat

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ahok, Heru, 'Teman Ahok', Singapura, dan Pertempuran para Kurawa

5 Juni 2016   10:13 Diperbarui: 5 Juni 2016   13:22 3121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pada tanggal 30 Mei, dengan tidak hadirnya Heru di acara Teman Ahok Fair; tiba-tiba bertiup isu Heru mau mundur. Bukannya menahan dan menangkis, Ahok malah dengan enteng menyebut 'Heru mau mengalah dengan Djarot'. Ini merupakan kiriman sinyal kedua Ahok kepada PDIP.

Lagi-lagi sinyal tersebut dicuekin PDIP. Pada 1 Juni, Ahok dan Djarot nongol bersama, dimana Ahok bilang ingin rujuk dengan Djarot. Pernyataan ini lalu ditimpali Charles Honoris dari PDIP bahwa Ahok-Djarot sangat mungkin. Djarot sendiri sebenarnya pada Maret lalu sudah mulai menantang Ahok dengan membongkar status pemakaian aset DKI Graha Pejaten oleh Teman Ahok, juga mulai bersiap-siap mau maju dengan membentuk Sahabat Djarot; tapi sayangnya semua tak bergema bahkan dicuekin mainstream PDIP. Maka tak heran apabila Djarot ikut menanggapi untuk mengangkat lagi pamornya, menyebut bahwa dirinya siap berduet dengan Ahok lagi, dan banyak yang beranggapan Ahok-Djarot yang terbaik.

Sinyal ketiga tersebut akhirnya ditanggapi lebih serius oleh PDIP. Sekjen PDIP Hasto hanya menanggapi singkat bahwa Ahok harus mendaftar dan mengikuti mekanisme partai. Pada titik itu, Ahok masih mengharap bu Ketum akan intervensi, mengklaim bahwa PDIP akan mendukungnya tanpa perlu mekanisme macam-macam, cukup dengan instruksi langsung Megawati. Tapi apa lacur, bukan bu Ketum yang bicara, justru tukang gebuk Andreas Pareira muncul dengan omongan yang memerahkan kuping. Sebagai lanjutan 'Ahok yang jantan dong!' dari bu Ketum; Ahok ditembak dengan 'Ahok yang gentle dong, ngaku salah dulu terus ikut aturan partai!' Ucapan yang menohok sampai ada kiasan apakah Ahok siap disuruh minum air cucian bu Ketum?

Bagaimana dengan 'TEMAN AHOK'? Apabila Ahok maju melalui jalur Parpol maka kiprah 'TEMAN AHOK' selesai sampai di sini. Tidak ada kegiatan pendampingan verifikasi faktual. Mungkin juga saat hura-hura kampanye Pilgub mereka tidak kepakai, digilas oleh partai. Sebagai pengingat, kita bukan bicara tentang pengumpul KTP, penjaga booth atau 5 pendiri Teman Ahok berwajah polos, tapi 'TEMAN AHOK',  konsultan politik yang punya sifat serakah dan kepentingan pundi-pundi. Kalau Ahok tidak jadi maju independen maka KIAMAT bagi mereka.

Selama Ahok masih terus bermain mata dengan partai mereka tak bisa apa-apa kecuali membuat pernyataan menentang ke media. Selain parpol, resiko lain adalah Heru mundur; baik karena sudah tidak tahan, maupun mundur atas komando dari Ahok. Betapa apesnya posisi Heru, bukan cuma ban serep, dirinya jadi bola tendangan sana sini. Meski katanya sudah tidak tahan dengan segala politik, namanya terlanjur kesangkut di 900ribu formulir KTP. 'TEMAN AHOK' akan mati-matian mempertahankannya apabila tak mau eksistensi mereka hangus bersama 900ribu KTP yang masuk tong sampah.

Saat Ahok masih bermain mata dengan PDIP, 'TEMAN AHOK' sudah mendesak agar Heru mulai dicopot dari jabatan strategis  Posisi sebagai Komisaris PT Delta sudah lepas tanggal 20 Mei. Posisi Komisaris Bank DKI tinggal menunggu waktu. Lalu saat KTP tercapai 1 juta, sesuai desakan 'TEMAN AHOK', Ahok minta Heru mundur dari PNS. Setelah tak punya jabatan lagi, Heru akan terikat 100% sebagai ban serep kalau Ahok jadi maju independen. Kalau Ahok ngga jadi independen dan akhirnya maju lewat parpol, bagaimana nasib Heru? Wallahualam.

Sebagai penonton, semua ini serupa pertunjukan perang antar sesama Kurawa yang menegangkan. Tak ada ketulusan maupun kebaikan di dalamnya, hanya ambisi berkuasa dan mengisi pundi pribadi, saling mematuk antara ular berbisa. Korban innocent adalah Heru dan pemilik KTP yang cuma jadi bantalan permainan mereka.

Ahokers non 'TEMAN AHOK' berfantasi bahwa 'TEMAN AHOK' dan pemilik KTP  setuju cara apapun asal Ahok bisa maju Pilgub. 'TEMAN AHOK' dan pemilik KTP akan ikhlas 900ribu KTP jadi bungkus bacem asalkan Ahok bisa maju. Lalu mereka bersorak sorai dengan isu Ahok akan didukung PDIP. Betapa naifnya.

'TEMAN AHOK' akan menjegal supaya takdir Ahok adalah bersama mereka. Tak penting Ahok menang atau kalah, proses pilgub DKI dari sekarang sampai Februari 2016 adalah kangtau 'TEMAN AHOK'. Kampanyenya yang penting, proses ngumpulin KTP adalah masa perjuangannya, sementara perputaran duit terbesar adalah di kampanye. Siapa menghalang maka akan diserang.

Bau anyir duit ini sudah mulai tercium sejak cuitan Tempo : “Strategi buzzer ini kalap dan tdk rasional. Saya jd penasaran: apa yg mereka khawatirkan. Transaksi di Singapura? #kode”. Saat orang bertanya-tanya apa maksudnya 'Singapura'; tiba-tiba dua pendiri Teman Ahok ditahan Imigrasi Singapura hari Sabtu lalu. Rupanya kegiatan pencarian dana di Singapura ditolak pemerintahnya. Lalu Terms of Reference acara itu diganti menjadi yang lebih umum dan mereka ngotot berangkat; yang berakhir dengan keduanya ditahan Imigrasi sebagai unwanted person dan akan segera dideportasi.

Ada apa gerangan kok Pemerintah Singapura kepoh mengurusi kumpul-kumpul para orang muda membicarakan kekaguman dan dukungan kepada sosok Ahok? Apakah sesederhana itu? Kompasioner Yon Bayu sudah menuliskan di sini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun