Mohon tunggu...
Yon Bayu
Yon Bayu Mohon Tunggu... Penulis - memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mengapa Teman Ahok Cari Dana di Singapura?

5 Juni 2016   03:37 Diperbarui: 7 Juni 2016   01:00 3688
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Meski sebelumnya sudah ada warning yang melarang kegiatan politik di Singapura, namun dua pentolan Teman Ahok Amalia Ayuningtyas dan Richard Handris Saerang tetap nekad berangkat ke Singapura untuk menghadiri acara penggalangan dana. Setelah ditangkap dan ditahan di imigrasi setempat pagi ini keduanya akan dideportasi ke Indonesia. Mengapa harus cari dana ke Singapura? Inikah #kode Singapura yang dimaksud punggawa Majalah Tempo?

Calon petahana Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) sesumbar akan maju dalam pemilihan gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta 2017 dengan mengandalkan dana partisipasi masyarakat. Dana tersebut dihimpun oleh Teman Ahok yang didirikan oleh lembaga konsultan politik Cyrus Network dengan dana awal (konon) sebesar Rp 500 juta. Untuk membiayai kegiatan pengumpulan KTP sebagai persyaratan Ahok maju melalui jalur independen, Teman Ahok lantas mencari dana dengan cara menjual merchandise bertema Ahok, dan kegiatan bazar seperti yang dilakukan di Gedang Sarinah Pancoran Jakarta Selatan, akhir Mei lalu.

Setelah sukses dalam gelaran pertama dengan mengumpulkan uang sebesar Rp 1,4 miliar, Sabtu kemarin Teman Ahok merancang kegiatan serupa di Singapura. Pemerintah setempat sudah melarang kegiatan yang salah satunya bertujuan untuk menggalang dana politik tersebut. Panitia lantas menyamarkan kegiatan tersebut dengan tagline “Menuju Indonesia Lebih Baik, Festival Makanan Indonesia”. Tema diskusi, menurut juru bicara Teman Ahok, Amalia Ayuningtyas juga diubah dari rencana semula akan membahas  sepak terjang Teman Ahok menjadi diskusi tentang Jakarta. di sini

Namun pemerintah Singapura tidak bisa ditipu dan tetap menganggap panggalangan dana yang dilakukan Teman Ahok sebagai kegiatan politik. Maka begitu mendarat di Bandara Internasional Changi, Amalia Ayuningtyas dan Richard Handris langsung digelandang pihak imigrasi setempat untuk diinterogasi. Jika terbukti melanggar peraturan yang berlaku di Singapura, bukan tidak mungkin keduanya menghadapi konsekuensi hukum. Namun menurut Teman Ahok melalui akun jejaring facebook, keduanya akan dideportasi Minggu pagi ini. di sini

Apakah penangkapan pentolan Teman Ahok oleh otoritas Singapura terkait dengan #kode Singapura yang dipakai oleh awak redaksi Majalah Tempo saat berseteru dengan akun @kurawa di Twitter? Hal ini sangat menarik karena jika memang demikian, pihak-pihak di luar Teman Ahok sebenarnya sudah mencium adanya grand design untuk memasukan dana dalam jumlah fantastis ke Jakarta dengan menyamarkannya melalui sebuah kegiatan. Desas-desus terkait dana dari Singapura ini sudah menjadi perbincangan publik sejak beberapa bulan lalu bersamaan dengan munculnya isu 9 Naga pendukung Ahok yang bermarkas di Singapura.

Bukankah tidak ada yang protes ketika usai acara pihak panitia langsung mengumumkan pihaknya berhasil ,menggalang dana sekian puluh miliar? Setelah itu tinggal menggelar ‘konser’ lanjutan di posko Teman Ahok di Hongkong, sehingga target untuk memasukkan dana sekian ratus miliar akan sukses tanpa bisa dilacak siapa penyumbangnya. Berbeda jika hal itu dilakukan di dalam negeri. Jika kelak KPU meminta audit hasil sumbangan masyarakat, Teman Ahok akan kesulitan untuk mencari nama-nama penyumbang besar karena pasti akan ditelusuri kebenarannya. Apalagi sudah ada ketentuan besarnya sumbangan hanya Rp 50 juta/orang dan Rp 500 juta/lembaga sesuai Peraturan KPU Nomor 8 Tahun 2015.


Kita kesampingkan dulu kaitan 9 Naga dengan ‘konser’ SIngapura. Kelak semua pasti akan terbuka, serapi apapun kemasannya. Bukankah di awal terbentuknya, para pendiri Teman Ahok disanjung-sanjung sebagai 5 anak muda yang peduli dengan Jakarta, namun belakangan ketahuan jika beberapa di antara mereka ‘mantan’ karyawan Cyrus Network-  lembaga yang bekerja untuk membangun citra politik kliennya?

Pertanyaan yang menggelitik warga Jakarta secara umum adalah mengapa selama ini Teman Ahok terkesan alergi dengan rakyat Jakarta yang tinggal di gang-gang sempit, di bantaran sungai, di tepi laut, di daerah-daerah kumuh lainnya? Mengapa mereka hanya membuka booth di mal-mal? Berapa banyak manusia Jakarta yang berkunjung ke mal setiap harinya? Apalagi booth teman Ahok hanya dibuka di 12 dari 200-an pusat perbelanjaan yang ada di Jakarta.

Apakah benar alasan bahwa selain menjaring KTP, Teman Ahok juga menggunakan booth untuk jualan kaos dalam rangka mencari dana, sehingga jika dibuka di daerah kumuh (baca: miskin) jualannya tidak laku dan tidak bisa dijadikan tameng ketika dilakukan audit? Apakah alasan itu juga yang dipakai Teman Ahok ketika memilih melanjutkan ‘konser’ ke Singapura dari pada ke Angke atau ke Kampung Pulo?

Kejadian di Singapura mestinya bisa menjadi pelajaran bagi Teman Ahok untuk tidak ‘membelakangi’ masyarakat Jakarta yang ada di sela-sela gedung megah, di antara debu pembangunan. Gunakan pendekatan yang lebih intens, sentuh ego mereka seperti yang dulu dilakukan Joko Widodo, niscaya Teman Ahok tidak perlu jauh-jauh pergi ke Singapura untuk mencari dana..

Salam @yb

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun