Mohon tunggu...
G Tersiandini
G Tersiandini Mohon Tunggu... Lainnya - Mantan guru di sekolah internasional

Mantan guru, penikmat kuliner dan senang bepergian.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Perjalanan ke Stasiun Lampegan, Gunung Padang dan Curug Cikondang di Cianjur

19 Mei 2014   17:35 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:22 1244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siapa yang tidak mengenal kota Cianjur? Sebelum jalur tol Cipularang dibuka, kita selalu harus melalui Cianjur ketika akan menuju Bandung dari Jakarta atau sebaliknya. Tahukah Anda bahwa di Cianjur selain terkenal dengan tauconya ternyata juga memiliki tempat wisata sejarah yang menarik?

Sebenarnya tujuan awal perjalanan ini adalah mengunjungi situs Gunung Padang, tetapi seperti biasa ketika mobil sudah mengarah ke lokasi tiba-tiba salah satu teman yang tinggal di Cianjur menyebutkan bahwa di situ juga ada setasiun tua peninggalan zaman Belanda. Oleh karena itu, kami pun mengarahkan mobil ke sana. Jalan menuju tempat itu cukup sempit. Ketika sampai ke tempat yang dimaksud, kami pun turun dan berjalan ke arah terowongan yang ada di sana. Terowongan itu dibuat pada zaman Belanda padasekitar tahun 1879 hingga 1882 . Terowongan sepanjang 686 meter itu merupakan salah satu terowongan jalan kereta api tertua yang pernah dibangun pemerintah Hindia Belanda di Indonesia, dan sampai sekarang masih berdiri kokoh.


[caption id="attachment_336869" align="aligncenter" width="472" caption="Pengatur jalur kereta api"]

1400468473722613874
1400468473722613874
[/caption]

Setelah melihat terowongan, kami pun menuju setasiun. Setasiun itu kecil tetapi bersih. Menurut petugas yang bekerja di sana, pada saat itu (saat kami berkunjung), setasiun itu belum beroperasi dan baru akan dioperasikan kembali. Kami sempat melihat-lihat ke dalam setasiun juga ke ruangan di mana di dalamnya terdapat peralatan untuk mengendalikan jalur kereta.

Setelah puas, perjalanan kami lanjutkan ke Gunung Padang (tujuan utama kami). Sesampai di Gunung Padang, kami harus menaiki tangga yang terbuat dari batu andesit yang cukup licin untuk mencapai puncak bukit.. Suasananya teduh dan agak magis. Setelah sampai di atas terlihatlah hamparan rumput berwarna hijau nan indah dengan batu-batu yang berbentuk balok yang potongannya sangat rapi (seperti dipotong dengan mesin) berserakan di mana-mana. Jika batu tersebut kita pukul, dia akan mengeluarkan bunyi yang nyaring dan bernada. Kami pun mengamati bebatuan tersebut dan tidak habis pikir betapa canggihnya orang-orang pada masa lalu yang notabene belum mengenal teknologi maju seperti sekarang, tetapi mampu menciptakan sebuah karya yang sangat indah.

Pemandang yang disuguhkan di sekeliling Gunung Padang juga indah.Kami juga sempat berbincang-bincang dengan penduduk setempat yang bercerita tentang sejarah dari situs yang merupakan situs megalitikum terbesar di Asia Tenggara itu. Dia juga mengatakan bahwa tidak sedikit orang yang datang ke sana untuk memanjatkan doa kepada leluhur. Wow menarik sekali.

[caption id="attachment_336871" align="aligncenter" width="472" caption="Gunung Padang"]

1400468555574875873
1400468555574875873
[/caption]

[caption id="attachment_336872" align="aligncenter" width="472" caption="Situs Gunung Padang"]

14004686321953523586
14004686321953523586
[/caption]

Setelah puas menikmati keindahan Gunung Padang kami pun melanjutkan perjalanan. Kami menuju perkebunan teh PTP VIII karena menurut salah satu teman kami di sana terdapat sebuah air terjun, namanya Curug Cikodang. Di sepanjang perjalanan kami melihat banyak sekali mesin-mesin pengolahan tambang emas yang sederhana. Ternyata itu adalah mesin yang digunakan oleh para penambang emas tradisional (gurandil). Kagum sekali kami melihat hal tersebut.

Akhirnya sampailah kami ke tempat di mana air terjun Cikondang berada. Setelah memarkir mobil, kami harus berjalan turun menyusuri sawah nan hijau. Tidak terlalu jauh dan susah perjalanan yang harus kami tempuh. Air terjun itu cukup besar dan lebar , mirip Curug Malela yang berada di Cimahi, dengan ketinggian kurang lebih 50 meter. Tapi sayang di situ kami menemukan sampah-sampah berserakan di mana-mana. Menyedihkan sekali.! Alam yang indah harus dikotori oleh sampah-sampah dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab.Kesadaran masyarakat kita memang masih sangat rendah dalam hal membuang sampah.Selama sampah itu tidak mengotori pekarangan rumah kita, sah-sah saja bagi mereka untuk membuang sampah di mana saja. Alamak!

Setelah puas mengabadikan air terjun Cikondang, kami memutuskan untuk kembali ke Cianjur dan makan siang sambil merancang perjalanan selanjutnya. Masih banyak tempat di Jawa Barat yang harus dikunjungi karena Jawa Barat memang menyimpan keindahan alam yang tak terperi.

[caption id="attachment_336876" align="aligncenter" width="354" caption="Mesin yang digunakan oleh para penambang emas"]

1400468908579503310
1400468908579503310
[/caption]

[caption id="attachment_336877" align="aligncenter" width="472" caption="Curug Cikondang"]

1400469023818752600
1400469023818752600
[/caption]

[caption id="attachment_336878" align="aligncenter" width="354" caption="Keindahan Curug Cikondang"]

14004695371530794964
14004695371530794964
[/caption]

[caption id="attachment_336879" align="aligncenter" width="591" caption="Curug Cikondang dari dekat "]

14004695881467125933
14004695881467125933
[/caption]

sumber foto: pribadi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun