Jika hoaks dan argumen-argumen bombastis tidak mempan lagi, maka mereka akan mengeluarkan senjata paling pamungkas. Apa itu?
Tentu saja mereka akan memanggil nama Allah. Para pengikut Prabowo yang loyal, yang terpesona pada pemimpinnya akan memakai nama Allah sebagai penguasa alam semesta untuk membenarkan dan memenangkan pemimpin pujaannya.
Allah adalah stempel yang paling jitu dan paling meyakinkan. Allah adalah alat pembenaran yang tidak terbantahkan.
Nah, karena Prabowo telah mendapat restu dan stempel dari Allah, maka dia harus menang. Dengan demikian Prabowo sekarang telah menjadi pemimpin yang agamis. Bahkan dia telah menjadi pemimpin yang suci. Bukankah Allah itu suci adanya. Orang yang diutusNya akan disucikanNya.
Sekarang kita mengerti, mengapa kubu Prabowo mengatakan, jika Prabowo kalah, pasti KPU curang, pasti ada permainan kekuasaan. Walaupun pemilihan Capres-Wapres belum dilaksanakan. Â Karena Prabowo telah dipilih Allah. Tidak mungkin orang yang dipilih Allah akan kalah. Â
Sekarang kita mengerti, mengapa kelompok yang tidak mendukung Prabowo dicap oleh pendukung Prabowo sebagai orang-orang kafir, musuh agama. Karena bagi pendukung Prabowo yang loyal, menolak Prabowo sama dengan menolak pilihan Allah. Menolak pilihan Allah sama dengan menolak Allah sendiri. Sungguh suatu logika yang menakjubkan.
Bagi saya, Prabowo itu sebuah paradoks. Disebut paradoks, karena beliau didukung untuk menjadi presiden oleh kelompok penganut agama garis keras yang ideologinya justru  bertentangan dengan ideologi  yang diyakini Prabowo.
Tapi begitulah logika politik kekuasaan. Kendaraan apa saja bisa digunakan untuk sampai ketujuan. Jika telah sampai ketujuan, maka kendaraan itu bisa dilupakan atau dicampakkan.