Chapter 23: Ketakutan
Narator: Natalia Anastasi Von Houten
Kita berpisah dengan teman-teman yang lain. Aku dengan Hartaja. Dia sepertinya cuma menjadi penjagaku. Aku tidak tahu berbuat apa-apa. Aku cuma mengikuti Hartaja kemana saja. Aku tidak pernah tahu selak-beluk tempat untuk bersembunyi di sekolah. Ada beberapa tempat untuk bersembunyi adalah gudang. Biasanya gudang tempat menyimpan barang-barang untuk acara-acara pada tahun-tahun lalu dan juga gudang sering dikunci oleh karyawan-karyawan sekolah.
Pengalaman aku tentang ruang tertutup, itu aku alami saat masa kecil. Mamaku pernah bermain petak umpat dengan aku. Dia mengunci aku di dalam lemari pakaiannya. Dia berkata,"Jangan keluar yah. Ada monster datang. Kamu sembunyi di benteng sihir ini. Mama akan kunci dengan sihir, supaya monster tidak bisa masuk dan kamu juga tidak bersuara."
Setelah dia mengunci aku di lemari baju. Ada orang datang ke kamar mama. Aku mendengar suara seorang laki-laki dan bukan suara papaku. Pada saat itu aku tidak tahu yang dilakukan oleh mamaku bersama laki-laki itu. Aku cuma mendengar suara desahan mamaku. Saat aku kecil, aku kira mama disakiti oleh orang asing, sebab aku mendengar suara kesakitan.Â
Setelah aku besar, aku sadar mama sedang selingkuh dan aku dikurung di dalam lemari baju. Aku pernah menyebutkan mamaku bukan tepi seorang ibu, melainkan seorang wanita murahan. Itu sebabnya aku menjadi phobia akan tempat tertutup.
Aku tidak bersembunyi dari mereka, Hartaja cuma menemai aku kemana saja aku pergi. Aku cuma menghindari mereka. Lantai bawah telah dikuasai oleh mereka semua (tentara-tentara hitam). Lantai pertama juga dikuasai oleh beberapa orang. Kami tidak bersembunyi di lemari atau di kelas. Kamu keluar di balkoni sekolah.Â
Balkon sekolah ini sering dikunci oleh karyawan di sekolah, sebab guru-guru suka kuatir dengan murid-murid yang suka bermain di sana. Biasanya Balkon ini digunakan oleh para guru-guru untuk tempat merokok dan supaya orang-orang tidak tahu, aku melihat beberapa puntung rokok.Â
Itu sebabnya mereka suka melarang murid-murid untuk ke atas, karena balkoni ini adalah tempat relax mereka. Aku suka ke atas pada saat jam istirahat. Kenapa aku bisa tahu tempat ini dan bisa buka pintu balkoni? Sebab kuncinya disembunyikan di dalam pot bunga.
Di Balkoni ini cukup besar, seukuran 2 kelas. Balkoni terdapat Septi Tank, Mesin kipas Air con, dan mesin generator untuk mencegah lampu mati. Balkoni jarang sekali dibersihkan. Itu sebabnya terlihat kotor. Biasanya para pembersih dan karyawan kantor suka makan siang di sini, itu sebabnya aku suka melihat sisa nasi bungkus tidak dibuang oleh mereka.Â
Balkoni ini juga di pasang pagar kawat besi berduri cukup tinggi, supaya tidak mudah dipanjat oleh murid-murid atau orang lain. Pemasangan kawat berduri disebabkan oleh aku sendiri. Aku yang menyebabkan adik kelasku bunuh diri di balkoni ini, hingga pemasangan kawat dan penguncian pintu Balkoni juga disebabkan oleh aku sendiri.
Aku cuma bisa berjalan dengan pelan, aku bukan orang yang bisa olah raga. Aku cuma pintar secara akademi, bukan secara fisik dan gymnastic. Aku suka lari lebih lambat dari temen-teman aku. Meskipun aku bertubuh langsing, aku tetap lambat berjalan. Aku mudah sekali kecapean pada saat pelajaran olah raga. Biasanya murid-murid bisa sampai 30 putaran.Â