Hal ini krusial. Kopi Mayor memenangkan pasar bukan hanya karena kualitas, tetapi karena selalu ada. Ketersediaan produk di warung-warung kecil, bahkan di perkotaan Mbay, pedalaman Boawae, hingga pantai Mauponggo, adalah kunci utama.Â
Harga yang sangat kompetitif---yang bahkan bisa lebih murah daripada beberapa kopi bubuk lokal maupun kopi merk ternama penguasa pasar nasional---berhasil membuat Kopi Mayor diterima tanpa perlawanan.
Faktor harga dan ketersediaan ini kemudian menciptakan efek substitusi yang kuat. Meskipun Flores, khususnya daerah Bajawa, dikenal sebagai penghasil kopi Arabika berkualitas tinggi, kopi premium tersebut umumnya dijual untuk pasar ekspor atau wisatawan.Â
Bagi masyarakat lokal, kebutuhan sehari-hari adalah kopi yang bisa disajikan secara cepat, murah, dan dalam jumlah banyak. Kopi Mayor memenuhi celah ini dengan sempurna. Ia adalah kopi sereal yang memberikan sensasi kekentalan (karena kandungan sereal yang tinggi) yang disukai warga, sekaligus memberikan volume sajian yang ekonomis.Â
Dengan takaran satu sendok makan sudah menghasilkan ampas yang tebal, Kopi Mayor memberikan kesan value yang tinggi bagi setiap rupiah yang dikeluarkan. Inilah strategi yang melampaui persaingan rasa: strategi aksesibilitas dan ekonomi.
Kopi Mayor dalam Pelukan Kabut Ebulobo
Alasan terakhir mengapa Kopi Mayor merajai Flores adalah karena ia beradaptasi dengan budaya dan kondisi geografis setempat. Boawae, daerah asal istri saya, berada di dataran tinggi yang secara geografis sering menerima kiriman kabut dingin dari Gunung Ebulobo.Â
Saat malam tiba, suhu udara bisa turun drastis, membuat kopi hitam menjadi pilihan wajib dan mutlak dibandingkan dengan minuman lain seperti teh atau minuman dingin.
Dalam sehari, warga Boawae bisa dua hingga tiga kali menyesap secangkir kopi hitam Mayor. Kopi telah bertransformasi dari sekadar minuman menjadi ritual sosial dan penghangat tubuh yang esensial.Â
Momen kumpul keluarga, "ngrumpi" dengan tetangga, atau sekadar berbincang santai bisa awet hingga dini hari, selalu ditemani secangkir kopi dan sepiring porerore (jajanan khas Flores). Kopi Mayor, dengan karakteristiknya yang kuat dan panas, adalah katalis sempurna untuk kehangatan komunal tersebut.
Lebih mendalam lagi, peran kopi di Flores memiliki kedudukan kultural yang tinggi, bahkan dalam sajian makan. Bagi tamu yang datang, kopi sering kali merupakan hidangan pembuka yang wajib disajikan sebelum makanan utama. Ini adalah lambang penghormatan dan pembuka percakapan.
Kopi Mayor, dengan harganya yang terjangkau, memungkinkan ritual ini terus berlangsung tanpa membebani ekonomi rumah tangga. Ia menjadi comfort food yang berharga, menyatukan keluarga di tengah dinginnya malam, dan menjaga tradisi persahabatan tetap hangat.Â