Mohon tunggu...
gregorius winarno
gregorius winarno Mohon Tunggu... Karyawan swasta

Suka jalan-jalan, menggeluti pendidikan, dan peminat humaniora

Selanjutnya

Tutup

Trip

Simponi Keindahan Labuan Bajo: dari Taman "Jurassic", Gua Purba hingga Kearifan Tenun Lokal

17 September 2025   20:00 Diperbarui: 17 September 2025   15:15 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pulau Padar (Sumber: Sunny N)

Pulau Komodo (Sumber: Sunny N) 
Pulau Komodo (Sumber: Sunny N) 
Menyeruput Kearifan Lokal  - Rumah Tenun Baku Peduli (Sumber: Sunny N)
Menyeruput Kearifan Lokal  - Rumah Tenun Baku Peduli (Sumber: Sunny N)

"Selamat datang di Pulau Komodo," sambut salah satu pemandu wisata  atau ranger Pulau Komodo dalam bahasa Inggris  kepada kami para wisatawan nusantara dan manca negara  yang siang itu mengunjungi Pulau Komodo.

"Sebelum memulai tur di pulau ini," lanjutnya, "Kami mohon perhatian   beberapa hal penting demi keselamatan dan kenyamanan trip ini." 

Si pemandu memastikan kami semua selalu waspada. Menjaga jarak begitu ketemu hewan  yang bernama lain Varanus komodoensis ini.
Sekaligus kami diwanti-wanti agar siap-siap juga  seandainya selama trip di pulau ini tidak bertemu hewan reptil ini sama sekali. 

"Komodo berburu tanpa mengeluarkan suara dan bergerak cukup cepat," terangnya kemudian. 

Kami beruntung baru berjalan 10 menit sudah menemukan komodo kecil dekat kubangan air. Kami juga jumpai seekor  babi hutan  dan seekor rusa di pulau ini. Kurang lebih 20 menit kemudian setelah berjalan menyusuri semak dan pepohonan, ranger memberitahu kami ada komodo di sekitar sana. Benar. Komodo yang lebih besar  di semak-semak. Rombongan kami menyempatkan mengamati lebih dekat. Tim ranger juga membantu wisatawan sekadar mengabadikan  moment berlatar depan hewan reptil yang bobotnya bisa mencapai 80 kilogram ini.

Sunset di Labuan Bajo (Sumber: Sunny N) 
Sunset di Labuan Bajo (Sumber: Sunny N) 

Sunset Aduhai 

Minggu sore  pesawat yang kami tumpangi Indonesia Air Asia mendarat di Labuan Bajo tepat waktu. Bandara Komodo tampak barusan bersolek usai menjadi tuan rumah even internasional. 

Labuan Bajo dijuluki sebagai kota sunset, matahari terbenam. Pada  2023 gelar "Sunset City of the World" atau "Best Sunset City in the World" diberikan secara resmi oleh lembaga internasional yang berkedudukan di Washington DC, Amerika. Institusi ini masih satu naungan  dengan The George Washington University yang sangat terkemuka di bidang pariwisata. Labuan Bajo merupakan ibukota Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. 

Dari Jakarta kami berempat. Begitu tiba di bandara, dijemput mobil langsung menuju hotel. Kurang dari 10 menit sudah tiba di hotel yang terletak di area perbukitan. Teras kamar kami  langsung menghadap laut. Tampak di kejauhan indahnya pemandangan. Sore itu kami dapatkan "welcome surprise" berupa matahari tenggelam super cantik. Sungguh sore yang fantastis. Sambil menyeruput secangkir kopi, kami  melepas senja  Labuan Bajo dari teras tempat kami menginap. Sangat menawan.

Ada tempat lain untuk melihat indahnya matahari senja yaitu Bukit Amelia. Untuk melihat sunset dari titik ini, kami perlu naik bukit. Setara  naik tangga  ke lantai 8 gedung bertingkat.  Rada "ngos-ngosan" untuk bisa sampai puncak. Untuk kenyamanan disarankan mengenakan sepatu nyaman. Jalan setapak masih berupa tanah dan banyak bebatuan. Meski demikian, begitu tiba di puncak bukit Amelia, pengunjung dihadiahi pemandangan menakjubkan. Angin sepoi-sepoi saat matahari mulai terbenam menambah khusuknya petang  hari di bukit ini. Untuk menuruni bukit, perlu ekstra hati-hati karena minim penerangan. Kami mulai turun bukit pukul 17.50. Begtu sampai  bawah hari sudah gelap.

 

Destinasi Kelas dunia 

Kami berangkat pagi benar dan pukul 6 sudah bersiap di dermaga. Banyak wisatawan  telah berkumpul di sana. Sambil  menunggu kapal merapat, kami menikmati kopi panas dan kudapan yang disediakan penyelenggara perjalanan. Ada pula beberapa penjual kain tenun lokal menjajakan dagangannya. Pagi ini tujuan kami mengunjungi Pulau Padar dan  Pulau Komodo yang masuk Taman Nasional Komodo. Serta  tentu saja Pantai Pink, Taka Makasar dan Manta Point.

Kami bergabung dalam satu kapal bersama wisatawan lain, hampir semuanya dari Eropa. Total penumpang dalam satu kapal  bernama Spirit 6 ini kurang dari  20 orang dipandu oleh 4 awak kapal. Kapal speedboat mula-mula membawa kami ke Pulau Padar.

Pukul 7.50 kami merapat di dermaga. Selanjutnya menaiki anak tangga menuju puncak pulau Padar ini. Setidaknya ada 800 lebih anak tangga. Tersedia 4 pos perhentian  sekadar buat foto-foto dan sejenak istirahat ambil nafas. Tepat jam 9 pagi sampai puncak. Foto-foto sembari menikmati  indahnya Pulau Padar yang gambarnya diabadikan dalam mata uang kertas Indonesia. 50 ribu rupiah.

 

Dari Pulau Padar kami melanjutkan ke Pink Beach. Disebut pantai pink  karena pasir pantainya berwarna pink. Berasal dari  terumbu karang. Amboi indahnya. Banyak wisatawan sengaja nyemplung sekadar merasakan sensasi berenang di pantai masyur ini. Sehabis berenang,  kami wisatawan bisa menikmati sajian kelapa muda yang dijual di pinggir pantai.

Selain pulau Komodo dan pantai Pink dalam agenda trip sehari ini kami berwisata ke dua tempat  yang tak kalah menarik  yaitu Taka Makasar dan Manta Point. Yang pertama sejatinya hamparan pasir putih  bersih dan dikelilingi oleh air laut biru kehijauan yang jernih. Elok sekali. Jadi tempat favorit buat  aktivitas snorkeling atau sekadar berfoto. Sementara itu  Manta Point ditengarai jadi tempat berkumpulnya  pari manta raksasa. Sayangnya kami tidak beruntung bertemu manta yang konon  jinak dan pemakan plankton. Di titik ini, kami lakukan snorkeling saja sekalian melihat  biota laut dari dekat. Sesekali arus cukup kuat sehingga menyulitkan kami  berenang mendekati kapal.

Sebagai tujuan wisata Labuan Bajo yang terletak di Pulau Flores ini  luar biasa. Tak heran jika Pemerintah gencar memperkenalkannya ke dunia. Salah satunya pada 2022 silam Labuan Bajo ditunjuk menjadi tuan rumah  Third G20 Development Working Group (DWG) Meeting dan G20 Tourism Ministers Meeting.

Gua Rangko dan Gua Batu Cermin 

Setelah mengunjungi pantai dan pulau Komodo yang eksotis, kami berkesempatan mengunjungi dua destinasi lain yaitu Goa Rangko dan Gua Batu Cermin.

Untuk mencapai Gua Rangko, kami lakukan perjalanan darat 20 menit. Selanjutnya naik kapal motor nelayan. Dari dermaga, berjalan menyusuri pantai. Tak terlalu jauh lalu masuk ke gua Rangko ini. Terkenal karena kolam air asin alami dan jernih.  Warnanya biru kehijauan. Dikelilingi stalaktit dan stalakmit, saat terkena matahari, kolam dalam gua ini memberikan pemandangan unik bawah air. Pemandu wisata yang menemani kami bercerita banyak turis manca negara suka nyebur  ke kolam yang dalamnya 4 meter ini.

Selain Gua Rangko, kami kunjungi Gua Batu Cermin. Lokasinya  dekat dengan pusat kota. Begitu masuk area ini, langsung  ketemu bangunan relatif baru. Ada fasilitas front  office tempat membeli tiket sebelum masuk, juga resto dan area parkir yang konon mulai dilengkapi dan ditata pada 2021. Sayang seribu sayang tampaknya toilet tak terlalu terawat.

Memasuki kawasan Gua Batu Cermin, awalnya kami melewati area penuh tanaman bambu. Tak jauh dari sana ada batu besar bertumpuk. Namanya Batu Payung. Mirip jamur raksasa. Unik. Sebelum masuk Gua Batu Cermin, kami diwajibkan mengenakan helm. Di area tertentu kudu agak merunduk untuk bisa masuk. Di gua ini kami menemukan fosil hewan laut. Konon bebatuan gua ini sudah ada sejak jutaan tahun yang lalu. Gua ini pertama kali ditemukan oleh Theodore Verhoven, seorang pastor Belanda yang juga seorang arkeolog.  pada 1951.  Bebatuannya seperti kristal. Sangat elok berkilau saat ditimpa sinar matahari yang masuk di celah bebatuan. Karena itu, waktu terbaik mengunjungi tempat ini adalah siang hari saat cuaca cerah.

 

Kekayaan Budaya Lokal 

Didirikan pada 2012 Rumah Tenun  Baku Peduli terletak di jalan trans Flores. Selain menyediakan informasi mengenai tenun: mulai dari asal dari daerah dan proses pewarnaan, Baku Peduli juga memberikan kesempatan pengunjung menyaksikan langsung proses kain tenun dibuat. Kami siang itu sempat melongok ke bagian belakang rumah tenun. Di sana dijelaskan bagaimana proses pewarnaan kain tenun dilakukan. Tampak aneka bahan pewarna disiapkan dan diolah.

Salah satu hal favorit di tempat ini adalah menikmati kopi sambil  menghadap pemandangan sawah menghijau. Ditemani kopi robusta yang wangi, sungguh siang yang paripurna.

Rumah tenun ini sebenarnya juga mengelola beras organsik. Tapi produk saat itu tak tersedia. Layak terus didukung upaya Rumah Tenun Baku Peduli ini dalam menyediakan edukasi tak hanya soal tenun, tetapi juga kelestarian kearifan lokal.

Kuliner Lokal 

 

Salah satu kuliner lokal Labuan Bajo adalah sei sapi. Lokasi restonya dekat bandara.  Di tempat ini  juga tersedia   yang non halal yaitu Sei Babi. Dan minuman lokal sopi dengan gula aren.

Malamnya, kami menikmati hidangan laut  di Kampung Ujung tak jauh dari pusat kota. Vibesnya  ramai dan seru. Banyak penjual --

kebanyakan dari Jawa Timur.-- sudah memajang  ikan dan seafood segar di depan lapak mereka. Pembeli tinggal pilih dan langsung order untuk dimasak dengan  bumbu sesuai selera. Ada penjual minuman dan buah. Plus pedagang tenun berkeliling. Namun kami tak jumpai  pengamen. Bersepuluh kami  makan ikan bakar 2 porsi, ikan goreng, nasi, jeruk dan teh, kangkung plecing, terong balado, kangkung tumis. Bagi kami harganya masih masuk akal.  Sangat nyaman menikmati seafood di pinggir pantai ini. 

Untuk oleh-oleh dan suvenir, kami tidak sulit mendapatkannya.  Sebelum pulang ke Jakarta kami mampir ke toko suvenir megah. Toko ini  cukup lengkap  menyediakan semua kebutuhan buat oleh-oleh. Termasuk kain tenun, kaos, mutiara, snack hingga  sei sapi beku.

Penutup 

Trip ke Labuan Bajo kali ini sungguh perjalanan wisata yang komplit.  Rangkaian tur selama  3 malam 4 hari bisa dikatakan sangat lancar. Sejak dari berangkat  hingga kembali ke Jakarta. Kemudahan akses pesawat pergi pulang dengan harga  relatif  terjangkau. Fasilitas akomodasi, transportasi dan layanan informasi lengkap.  Kami beruntung  menemukan kru pariwiswata yang "sat set" sigap membantu  kami baik selama wisata darat maupun wisata antar pulau. Dan soal oleh-oleh dan kuliner setempat juga mudah didapat. 

Harapannya Labuan Bako terus berkembang makin mendunia. Setidaknya menjadi salah satu pilihan wisata dunia. Data 2024 Dinas Pariwisata Wisatawan mancanegara 229.763 orang dan wisatawan nusantara 181.586 orang. 

Sangat yakin jika Labuan Bajo terus  dijaga kelestariannya, niscaya di masa mendatang wisatawan yang berkunjung semakin meningkat. Dan penting juga  kemajuan Labuan Bajo langsung dirasakan masyarakat setempat. 

Kampung Ujung Labuan Bajo  (Sumber: Sunny N)
Kampung Ujung Labuan Bajo  (Sumber: Sunny N)

Pink Beach (Sumber: Sunny N)
Pink Beach (Sumber: Sunny N)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun