Seekor pipit muda dipanggil menghadap oleh raja para burung. "Kemarilah wahai pipit muda", Â titah sang raja dengan suara yang berwibawa.
Sang pipit muda pun beranjak mendekat. Menghaturkan sembah lalu berkata, "Ini aku tuanku. Katakanlah, apa kiranya yang harus hamba lakukan".
"Wahai anak muda, Anda dipanggil untuk suatu tugas yang maha penting", sahut sang raja tanpa beringsut dari singgasananya. Tampak di depan singgasana, seluruh menteri duduk dengan tertib.
Sementara, di sayap kanan para penasehat raja pun terlihat duduk di tempatnya. Masing-masing hadir dengan menggunakan pakaian kebesaran dan tanda jasa yang tersemat pada pakaian mereka.
"Seperti yang kita ketahui bersama, negeri kita sedang dalam kondisi tidak sehat". Lanjut sanga raja, korupsi terjadi dimana-mana.Â
Para wakil burung tidak menjalankan tugasnya dengan baik. Mereka bahkan memanfaatkan posisinya untuk menangguk keuntungan berlipat ganda.Â
Pungutan tak resmi ada dimana-mana. Pajak yang seharusnya diserahkan kepada negara, digelapkan. Dimanipulasi, money laundry. Negara kita sungguh sangat rugi akhir-akhir ini.Â
Pejabat dalam kerajaan kita, sudah tak malu lagi melakukan tindakan korupsi dan berkolusi untuk mendapatkan sesuatu yang tidak benar.Â
Demikian sang raja berkata dengan suara yang pelan, tetapi terdengar dengan jelas di seantero ruangan istana. Sebab, istana sunggu sepi karena mendengarkan titah sang raja.Â
Sang pipit muda pun melakukan sembah. "Mohon maaf atas kelancangan hamba yang berani menyela titah sri baginda. Adakah tugas yang perlu hamba lakukan? Niscaya, jiwa dan raga taruhannya pun hamba bersedia".Â