Dan aku tahu, kecemasan terbesar Vanita adalah takut kalau aku pindah ke lain hati. Hingga membuatnya selalu ingin mengawasi dan memonitor setiap gerak-gerik di mana pun aku berada.
Seperti tragedi hari itu. Padahal tidak ada hal besar yang terjadi. Hanya karena ada karyawati baru di kantor dan atasan memintaku untuk membantunya.
Ketika itu aku dan karyawati bernama Dina ini diberi ditugas oleh bos membeli keperluan untuk rapat. Beberapa teman pun ikut memesan makan siang dan cemilan, melihat daftar belanja yang lebih dari perkiraan, seorang teman yang juga karyawati ikut serta untuk membantu.
Di parkiran mall, bersama dengan Dina, aku menyusun barang ke dalam mobil. Obrolan kami terbilang santai, mengingat perempuan itu karyawati baru di kantor, sebagai senior aku harus membuatnya nyaman berada di antara kami.
Namun yang terlihat di mata Vanita bukan keakraban biasa. Saat itu ia juga berada di parkiran yang sama bersama teman perempuannya. Melihat kami dengan sorot mata murka.
Momentnya seolah tepat saat Dina mengangkat salah satu barang dan tiba-tiba kehilangan keseimbangan. Aku yang berada dekat di sampingnya langsung menopang tubuhnya hingga posisi kami terlihat seperti hampir berciuman.
BERSAMBUNG