Mohon tunggu...
Binsar Antoni  Hutabarat
Binsar Antoni Hutabarat Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, penulis, editor

Doktor Penelitian dan Evaluasi pendidikan (PEP) dari UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA. Pemerhati Hak-hak Azasi manusia dan Pendidikan .Email gratias21@yahoo.com URL Profil https://www.kompasiana.com/gratias

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Gelar Rapid Test Covid-19, Tak Ada Rotan, Akar pun Jadi

20 Maret 2020   09:53 Diperbarui: 20 Maret 2020   10:13 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Salah satu cara  efektif mengantisipasi meluasnya infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan penyakit Covid-19 yang kini telah menginfeksi lebih dari 180.000 orang di dunia adalah dengan melakukan test massal. Test massal ini bertujuan untuk melacak semua kontak, mencari sumber infeksi, dan membuat klaster daerah-daerah yang terpapar virus corona

Memahami pentingya test massal itu, maka Presiden Jokowi Menginstruksikan segera dilakukan Rapid Test Corona di indonesia secara massal. Mengenai Rapid Test Corona ini Achmad Yurianto, menjelaskan bahwa rapid test merupakan mekanisme pemeriksaan spesimen pasien terduga Covid-19 menggunakan sampel darah, bukan swab tenggorokan. Test ini bertujuan untuk mengetahui apakah seseorang sudah terinfeksi virus corona atau tidak. Hanya mereka yang pernah kontak dengan pasien positif terinfeksi Covid-19 yang perlu melakukan test ini.

Rapid test corona menurut Yurianto memiliki keunggulan, utamanya tidak  membutuhkan laboratorium dengan biosecurity level II. Meski diragukan keakuratannya, rapid test bisa dilaksanakan pada hampir seluruh RS di Indonesia. Rapid test ini berguna untuk mengetahui lebih jelas daerah-daerah yang terpapar virus corona, untuk kemudian melakukan tindakan pencegahan.  Dengan melakukan test massal setidaknya kita tahu, pada daerah-daerah mana terdapat orang terinfeksi virus Corona. Tak ada Rotan, akar pun jadi.

Wakil Kepala Lembaga Eijkman Bidang Penelitian dan Fundamental, Prof Herawati Supolo Sudoyo menjelaskan bahwa yang menjadi gold standard adalah test Molekul. Beliau juga menjelaskan, sudah ada lima sampai tujuh tes yang dikembangkan oleh masing-masing negara waktu mereka menghadapi Covid-19 di tiap negara itu, seperti di Jerman, Hongkong, china, Jepang, dan sebagainya. Dia juga menjelaskan bahwa  Indonesia belum memiliki banyak laboratorium yang mampu menjadi tempat test gold standar. Tapi, tentu saja tidak ada salahnya memanfaatkan test massal tersebut untuk membuat strategi jitu penanganan Covid-19.

Mengingat peralatan Rapid Test itu harus diimport dari negara lain, maka persoalan baru muncul, yakni masalah birokrasi yang ruwet. Kita berharap Instruksi Presiden Jokowi untuk mengatasi darurat corona ini dipahami dengan baik oleh bawahannya, dan mereka semua bekerjasama untuk sesegera mungkim menghadirkan alat-alat itu di Indonesia.

Persoalan siapa yang harus wajib melakukan test itu juga harus segera ditetapkan, masyarkat seharusnya mendukung gerakan test massal itu, meski tidak perlu semua rakyat berbondong-bondong datang ke Rumah sakit untuk melakukan test itu.  Biaya Rapid Test relatif murah dan dapat dilakukan di Rumah Sakit di daerah-daerah, tapi tetap saja jika semua orang memaksa menerima Rapid Test karena panik, bukan hanya peralatannya yang tidak tersedia, tenaga medis kita pun akan kewalahan.

Mengingat keakuratan test ini masih diragukan menurut beberapa pakar medis, mereka yang meragukan hasil test itu dapat melakukan test yang standar pada laboratorium yang tersedia, tentunya harus lebih dulu meminta pertimbangan dokter, hal ini perlu dilakukan untuk efektivitas penggunaan laboritorian yang terbatas yang dapat melakukan "Tes Molekul".

Peran Relawan

Suksesnya pelaksanaan Rapid test ini perlu keterlibatan banyak pihak, persoalannya bukan hanya terkait pada pengadaan peralatan Rapid Test, tapi juga kejelasan siapa saja yang wajib melakukan Rapid Test, bagaimana prosedurnya, dan dimana masyarakat dapat melakukannya. Selain itu, jadwal pelaksanaan Rapid Test di rumah-rumah sakit juga harus jelas serta disosialisasikan secara cepat supaya tidak terjadi antrian yang berakibat pengabaian "sosial distancing" yang menjadi kebijakan pemerintah. Kerumunan orang yang mengantri untuk menerima Rapid test harus diantisipasi karena itu akan menjadi media penyebaran corona.

Selain kesiapan aparat pemerintah dalam pelaksanaan test tersebut, peran relawan menjadi penting. Sosialisasi program merupakan persoalan yang penting yang dapat menghambat program Rapid Test. Pemerintah perlu bekerjasama dengan para relawan, tokoh agama, tokoh masyarakat, sampai ke RT, RW, bahkan partai-partai politik harus menggerakan anggotanya mendukung suksesnya program ini. Partai politik jangan mencari kesempatan untuk memeroleh dukungan pada helatan pilkada yang akan datang.

Daerah-daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi, serta mobilitas masyarakat yang tinggi harus diberikan perhatian khusus, akan sulit mendeteksi siapa-siapa saja yang pernah kontak dengan orang terinfeksi corona pada daerah seperti Jakarta, tempat dimana banyak pasien terinfeksi corona. Demikian juga dengan kota-kota sekitarnya seperti Banten, Depok, Bogor dan Bekasi, juga daerah daerah padat penduduk lainnya di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun