Mohon tunggu...
Dodon
Dodon Mohon Tunggu... Pelajar

Saya adalah seorang siswa yang senang membaca dan hobi dalam dunia fotografi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sawiji, Jalan menuju hening

15 September 2025   23:55 Diperbarui: 15 September 2025   23:55 6
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di budaya Jawa, terdapat sebuah konsep yang bernama sawiji. Kata ini merujuk pada keadaan ketika seseorang menaruh seluruh perhatian, pikiran, dan perasaan pada satu hal secara utuh atau mungkin lebih seperti fokus. Namun, yang membedakannya dari sekadar "fokus" biasa adalah sawiji tidak membawa ketegangan. Sawiji adalah bentuk konsentrasi yang tenang, menyatu dengan aktivitas tanpa merasa tertekan.

Konsep ini sering dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa, baik ketika bekerja, beribadah maupun menjalani kegiatan seni. Misalnya, seorang penari yang menarikan gerakannya dengan penuh kesadaran. Setiap langkah kakinya tidak sekadar mengikuti irama gamelan, tetapi menyatu dengan alunan nada, penonton dan bahkan ruang tempat ia menari. Itulah sawiji, hadir sepenuhnya, tanpa rasa terburu-buru, penuh ketenangan.

Sawiji juga tampak pada petani yang menanam padi di sawah. Mereka tidak hanya menancapkan bibit , melainkan juga dengan rasa. Mereka mencoba untuk menyatu pada tanah, air, dan harapan akan panen yang baik. Proses tersebut bukan hanya pekerjaan fisik, melainkan sifat batin yang menenangkan hatinya dan dirinya. Ketika petani benar-benar sadar dalam tiap gerakan, sawiji terwujud dengan sendirinya.

Bahkan dalam  dunia modern, konsep sawiji masih sangat relevan. Banyak orang terbiasa multitasking, berpindah-pindah antara layar handphone, laptop, dan pekerjaan lainnya yang masih menumpuk. Akibatnya, pikiran tercerai-berai dan stres mudah datang. Sawiji justru menawarkan jalan sebaliknya yaitu memilih satu hal, mencurahkan energi penuh, tapi tetap menjaga hati agar ringan dan dengan begitu pekerjaan bisa selesai dengan maksimal dalam hapi yang tetap tenang.

Sawiji bisa diwujudkan mulai dalam hal-hal yang sederhana. Misalnya ketika belajar, seseorang bisa menaruh ponsel di luar jangkauan, lalu benar-benar membaca buku atau menulis catatan tanpa distraksi. Saat berolahraga, seseorang bisa mencoba menikmati setiap tarikan nafas dan gerakan tubuh, bukan hanya mengejar target angka. Dengan cara itu, aktivitas yang biasa pun bisa menjadi ruang latihan sawiji dan dengan begitu sawiji akan muncul dengan sendirinya. Olahraga akan terasa hanya bagian senangnya dan tugas akan bisa terbaca dengan senang hati

Dalam spiritualitas Jawa, sawiji sering dikaitkan dengan jalan menuju kesadaran diri yang lebih dalam. Saat seseorang berada dalam kondisi sawiji, ia lebih mudah merasakan keterhubungan antara dirinya, lingkungan, dan Sang Pencipta. Ada rasa harmonis yang muncul bahwa segala sesuatu berjalan sesuai irama alam, dan manusia cukup hadir serta menyatu di dalamnya.

Pada akhirnya sawiji bukan sekadar konsep kultural, melainkan juga sebuah sikap hidup. Dunia akan terus bergerak cepat, penuh dengan tuntutan dan gangguan. Tetapi dengan sawiji, kita bisa menemukan ruang hening di dalam diri---ruang yang membuat kita fokus namun tetap senang hati.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun