Mohon tunggu...
Gordi SX
Gordi SX Mohon Tunggu... Freelancer - Pellegrinaggio

Alumnus STF Driyarkara Jakarta 2012. The Pilgrim, La vita è bella. Menulis untuk berbagi. Lainnya: http://www.kompasiana.com/15021987

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kisah Cinta Sang Ilmuwan Lawan Arus

12 Mei 2017   05:21 Diperbarui: 12 Mei 2017   11:54 1043
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Adegan teater tentang kisaha hidup Galileo di kota Firenze, FOTO:dietrolequinteonline.it

Dengan bahasa Italia, Galielo mendeskripsikan ilmu Fisika yang sulit dalam kalimat yang sederhana. Galileo ingin mengubah model tulisan para ilmuwan pada zamannya yang menggunakan istilah dan konsep yang hanya bisa dipahami oleh kelompok ilmuwan itu sendiri.

Galielo merombak cara menulis istilah asing dan sulit pada zamannya. Jika ilmuwan lain cenderung menggunakan istilah Latin dan Yunani yang sulit, Galileo sebaliknya. Dia menggunakan istilah Italia yang digunakan oleh rakyat umum sehari-hari. Istilah itu dia gunakan dan beri makna baru. Dengan cara ini, makna istilah Italia itu makin kaya dan berkembang.

Meski dianggap sebagai sebuah kemajuan, cara berpikir Galileo rupanya dikritik habis-habisan. Banyak ilmuwan Eropa pada saat itu menghukum cara berpikir gegabah a la Galileo. Satu diantara yang paling getol mengkritik adalah seorang Astronom kondang dari Jerman, Johannes Kepler (1571-1630). Kepler yang ahli dalam bidang pergerakan planet ini tidak segan-segan memberi label pada Galileo sebagai seorang Kriminal melawan Kemanusiaan (un crimine contro l’umanità). Ini adalah sebuah hujatan yang keras.

Kepler, astronom Jerman, FOTO: fakescience.org
Kepler, astronom Jerman, FOTO: fakescience.org
Tetapi, hujatan ini tidak membawa dampak buruk pada kalangan ilmuwan. Jika hujatan ini berlangsung di Indonesia, boleh jadi Galileo sudah dipenjarakan dan didemo berjilid-jilid. Rupanya, antara ilmuwan ada saling hormat meski diselingi rasa benci. Saling hormat di sini membawa mereka pada cara berpikir yang terbuka dan tidak bernada emosional apalagi sampai melakukan kekerasan fisik.

Kebencian pada Galileo rupanya menumbuhkan cinta yang subur untuk Eropa. Karya-karya Galileo yang ditulis dalam bahasa Italia rupanya diterjemahkan lagi dalam bahasa Latin. Dan, dari sini berkembang ke seluruh Eropa.

Dari Galileo kiranya kita belajar untuk mencintai bahasa kita sendiri. Galileo terlalu dini untuk mencintai bahasa yang belum terbentuk pada saat itu. Dibanding kita yang lahir dalam bahasa Indonesia, Galileo lahir dalam bahasa Latin dan pelan-pelan di akhir hidupnya mulai mencicipi cikal bakal bahasa Italia. Galileo mungkin beda dengan kita tetapi kita kiranya belajar semangat Galileo. Semangat untuk mengubah cara berpikir yang kaku dan tertutup.

Di Italia, Galileo dikenang karena kalimat bijaknya. Kata Galileo, Berbicara dengan kata-kata yang sulit dipahami bisa dilakukan oleh setiap orang, tetapi berbicara dengan kata-kata yang mudah dimengerti, hanya bisa dilakukan oleh sedikit orang.

Inilah kisah cinta Galileo, sang ilmuwan, filsuf, dan fisikiwan kondang itu. Jadi, sudahkah Anda bercinta dengan model cinta Galileo?

Sekadar berbagi yang dilihat, ditonton, didengar, dirasakan, dialami, dibaca, dan direfleksikan.

PRM, 7/5/2017

Gordi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun