Mohon tunggu...
Ade Lanuari
Ade Lanuari Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kebohongan Ibu

3 Januari 2018   19:09 Diperbarui: 3 Januari 2018   19:15 1416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku menggeleng ringan dan menatap dengan tatapan polos.

Setiap makan berdua ibu selalu menawarkan lauk untukku dengan alasan belum lapar. Lagi-lagi ibu berbohong, sebenarnya ibu sangat lapar bahkan kadang aku melihat beliau makan sembunyi-sembunyi tanpa lauk dan hanya nyengir ketahuan olehku. Untuk menenangkanku, beliau berkata:

"Ibu lagi nyipi nasi, ternyata makan tanpa lauk itu enak ya?"

Bodohnya, aku selalu tertipu oleh ucapan ibu dan baru sadar sekarang ini. Ibu memang pembohong ulung.

  • Berbohong Setelah Dimarahi Orang Tua Teman

Hampir setiap laki-laki pernah berkelahi, dan hal ini pernah aku alami saat aku duduk di Sekolah Dasar. Pernah suatu ketika saat jam istirahat entah apa sebabnya temanku mengolok-olok bahwa wajahku jelek. Mendengar hal itu, aku tidak terima dan langsung memukul perut temanku. Temanku tidak terima lalu membalas pukulanku. Akhirnya terjadilah perkelahian antara aku dan temanku. Singkat cerita aku dan temanku dibawa ke kantor Kepala Sekolah. Kita berdua dinasehati dan disuruh berjanji tidak akan mengulangi perbuatan tersebut.

Besoknya, orang tuaku dipanggil ke sekolah. Di sekolah, wali kelas menceritakan sebab terjadinya perkelahian dan akibat apa saja yang ditimbulkan setelahnya. Dengar-dengar jika aku berkelahi lagi, maka aku akan mendapatkan SP I (Surat Peringatan I). Akibatnya, aku bisa terkena skors berupa tidak diperbolehkan masuk sekolah selama tiga hari. Aku sungguh menyesal telah membuat ibu kecewa karena berbuat ulah di sekolah. Maka, setelah pulang aku menemui ibu di dapur. Ku cium tangannya dan seraya aku berkata,

"Ibu maafin aku, aku janji enggak akan nakal lagi di sekolah."

Ibuku memelukku, dan membisikan sesuatu kepadaku.

"Enggak apa-apa nak. Ibu sudah memaafkan kamu. Yang penting jangan diulangi lagi ya?"

"Tapi ibu enggak apa-apa kan?" Aku bertanya untuk memastikan kondisi beliau.

Ibu menggeleng dan tersenyum,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun