Mohon tunggu...
Bambang Subianto
Bambang Subianto Mohon Tunggu...

Alumni Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen (hobby menulis feature dan essay) kini menjadi Perencana dan evaluasi program di Dinas Perhubungan Kabupaten Kediri

Selanjutnya

Tutup

Money

Podange: Bangkit dari Keterbatasan

27 Desember 2011   09:14 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:42 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akses jalan inilah yang menjadi kendala utama warga di dusun Sumber Bendo. Namun, keterbatasan tersebut tidak membuat Bu Luluk patah semangat untuk berkreasi. Dibantu 24 orang anggotanya, di bawah naungan Kelompok Wanita Tani (KWT) “Budidaya” yang bermarkas di rumahnya, Bu Luluk sukses menciptakan produk olahan mangga podang yang diberi merk “Mango”. Tidak tanggung-tanggung enam varian olahan mangga podang berhasil diciptakannya yaitu sari mangga, leather mangga, manisan jelly, keripik mangga, sirup mangga, dan dodol mangga. “Yang terbaru ini kita mau mengembangkan serbuk mangga seperti marimas, insyaallah Selasa besuk (15/11, 2011) difasilitasi Dinas Pertanian Kabupaten Kediri bekerjasama dengan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya akan diadakan pelatihan mas” tutur Bu Luluk menginformasikan dengan semangat.

Gambar 5 Bu Luluk di tempat pajang produk olahan mangga podang

Gambar 6 Papan nama kelompok tani “Budidaya” dibawah binaan JICA, Unibraw, dan Pemda Kediri

Disetiap kemasan produk selalu dicantumkan loggo JICA, Dinas Pertanian Kabupaten Kediri dan Universitas Brawijaya. Saya jadi ingin tahu bentuk kerjasama dan kemitraan seperti apa yang dibangun antara KWT Budidaya dengan ketiga pihak tersebut. “Dulunya KWT budidaya tidak ada mas, yang ada kelompok tani Tiron, itu pun untuk Bapak-bapak dan kegiatannya khusus pembibitan pohon mangga di bawah binaan Dinas Pertanian Kabupaten Kediri dan BPTP Jawa Timur. Ketika ada pelatihan gapoktan (gabungan kelompok tani) di Kec.Banyakan, waktu itu dari Unibraw yang memberikan pelatihan tentang olahan mangga podang, kita Ibu – ibu yang mewakili tertarik sekali, karena kebetulan kita sudah memulainya.

Akhirnya tahun 2006, karena keinginan bersama yang kuat untuk membantu mengangkat perekonomian desa, kita Ibu - ibu mendirikan KWT ini, dan saya ketiban sampur untuk jadi ketuanya”, ungkap Bu Luluk mengkisahkan dengan jujur dan apa adanya. Sifatnya ini yang membuat anggota memberikan amanah kepadanya untuk memegang kendali kelompok. Namun untuk urusan keuangan Beliau tidak ikut campur, mempercayakan sepenuhnya kepada bendahara yang sudah terbentuk.

Laporan keuangan dan segala macam administrasi dapat dilihat di satu meja yang diletakkan di ujung ruang pajang etalase produk yang masih berbaur dengan tempat produksi. Namun, untuk pengupasan mangga podang dilakukan di luar ruang pajang, hal ini untuk menghindari bau asam mangga atau kotoran kulitnya. Kulitnya bisa dimanfaatkan untuk pakan ternak warga, nyaris tidak ada sampah hasil produksi yang tersisa, konsep zero waste berhasil diterapkan.

Walaupun berada di desa pinggiran, namun jangan salah, produksi tidak dilakukan dengan asal-asalan. Ibu-ibu berusaha menerapkan proses produksi yang higienis, ada seragam, mesin pengepakan, pengering, aluminium foil untuk menyimpan cadangan bahan baku bila musim mangga habis, open otomatis, dll. Hal ini tampaknya tidak lepas dari pembinaan yang dilakukan Unibraw dari pendanaan JICA senilai 140 juta, serta peran Pemda Kediri dalam melengkapi peralatan produksi yang diperlukan. Tak salah bila KWT menyabet juara satu produk unggulan Provinsi Jawa Timur, dan ketika tulisan ini dibuat, KWT sedang mengikuti proses seleksi produk unggulan tingkat nasional.

Gambar 7 Aluminium foil tempat menyimpan cadangan bahan baku mangga yang sudah dihaluskan.

Pemasaran dilakukan lewat pameran-pameran yang diadakan baik dalam maupun luar daerah yang difasilitasi Pemda Kediri. Tujuannya memang untuk promosi, sebatas mengenalkan produk olahan mangga podang ke masyarakat luas, tapi kadang penjualan yang didapat dari ikut pameran cukup lumayan. Antusiasme masyarakat cukup tinggi ternyata. Terlebih ketika mendekati hari raya idul fitri. Banjir pesanan datang tidak henti-hentinya. Disamping itu, KWT juga mandiri mencari celah pasar domestic. Misalnya mereka berhasil memajang produk di Sri Ratu Mall dan Golden Swalayan Kediri. Setiap tahun KWT juga mendapat kesempatan mengikuti pameran BRI pesta rakyat. “Sebenarnya kalau ada kesempatan pameran di luar negeri, itu yang Kami harapkan Mas, supaya orang-orang turis yang pernah datang kesini tidak susah payah lagi melewati jalan kampung sini” kenang Bu Luluk.

Liputan Jawa Pos Radar Kediri (30/11, 2011) menyebutkan produk hasil olahan mangga podang ini layak dipamerkan ke luar negeri. Beberapa kali warga Amerika berkunjung hanya untuk melihat bagaimana mangga podang bisa diolah berbagai bentuk dan sudah ada antusiasme dari orang asing tersebut untuk memborong hasil produksinya mengingat mangga podang memang khas dari Kediri yang sulit dijumpai di tempat lain atau dalam manajemen strategi dikenal dengan Vicious Niche yaitu ceruk pasar unik yang dimiliki sebuah produk dan tidak bisa dijumpai di produk jenis lainnya.

Kendala Transportasi dan Komunikasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun