Mohon tunggu...
Adhi Glory
Adhi Glory Mohon Tunggu... -

Saya seorang maniak "One Piece", penyuka "Purple Cow", saat ini berdomisili di Palembang. Silakan hubungi saya di glory2go@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kisah Langit Jingga (02)

14 Juli 2011   04:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:41 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

“Kenapa?”

“Karena saya ingin mengenalmu.”

“Terus?” Aku penasaran.

“Saya ingin lebih dekat denganmu. Ah, kita sudah sampai!" Aku bergegas turun dari sepeda motornya.

"Hei, saya serius,” katanya lagi sesaat setelah aku mengembalikan helm-nya dan hendak meninggalkannya. Aku menoleh menatapnya. “Kalau kamu butuh teman mengobrol atau tempat untuk bercerita, kamu bisa mengandalkanku. Saya bisa menjadi tong sampah yang baik kok!” Ia tersenyum.

Aku hanya bisa bilang terima kasih dalam hati.

***

Aku senang sekali hari ini. Semalam Papa mengajak Mama makan malam, hal yang telah lama sekali tak mereka lakukan. Kulihat Mama mengenakan gaun terbaiknya dan ia berdandan cantik sekali. Mereka berjalan beriringan penuh kasih menuju mobil. Aku melongok dari jendela kamar. Aku sengaja menolak ajakan mereka supaya mereka bisa menghabiskan banyak waktu dan banyak cerita berdua. Dari hati ke hati. Tuhan, aku berharap ini akan berlangsung selamanya. Dan setelah ini tak akan ada lagi teriakan kebun binatang terdengar dari mulut mereka yang selalu membuatku menyudut dan menutup telinga di pojok kamar.

Pagi ini pagi ketiga Langit mengantarku ke kampus, tanpa ragu aku menerima helm-nya dan membonceng di jok motornya. Ia tak banyak bicara di perjalanan, tapi ia tahu aku tengah senang. Kami berdua hanya mendengarkan suara desir angin di telinga kami dan menikmati perjalanan menuju kampusku pagi itu.

“Jam tiga,” kataku sambil menyerahkan helm setelah turun dari motornya.

Langit menerima helm-nya dengan raut tak mengerti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun