Mohon tunggu...
Gita Siregar
Gita Siregar Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis dari Universitas Katolik Santo Thomas

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ketika Etika Kalah Oleh Viral : Siapa Yang Bertanggung Jawab

17 Juli 2025   07:40 Diperbarui: 17 Juli 2025   07:40 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Medsos ( Media Sosial) menjadi sarang yang telah mengubah cara berfikir dan berkomunikasi yang bisa membentuk opini publik. Namun, era digital ini lebih mengedepankan konten yang mengundang emosi ekstrem, bukan yang rasional atau etis. Banyak pengguna media sosial baik individu, influencer secara sadar membuat konten yang kontroversi demi egagement. Contohnya seperti memakai aksesoris yang bukan identitas agama mereka, bahkan ada saja orang yang membela perbuatan tersebut. Dunia Maya kini menjadi cermin dominan perilaku manusia, tapi cermin itu sering kali menampilkan sisi gelap : kebohongan, perundungan fitnah, dan manipulasi emosi. Apakah semua ini hanya bagian dari dinamika internet atau bukti bahwa etika telah kalah oleh hasrat viral?. Ketika etika terkikis demi sensasi viral, siapa yang bertanggung jawab?

        Tanggung jawab paling mendasar terletak pada pembuat konten. Dorongan untuk ingin viral seringkali mengabaikan prinsip-prinsip etika dasar. Demi mendapatkan " Views", "likes", atau"shares", rasa hormat, kebenaran seringkali kabur. Kreator konten memiliki kekuatan besar untuk membentuk opini dan perilaku publik. Konten yang mengekspos aib seseorang menyebarkan kabar bohong, atau memprovokasi konflik, semua ini adalah contoh nyata bagaimana etika dikobarkan demi popularitas. 

        Namun, tidak adil juga hanya menyalahkan pembuat konten. Konsumen konten juga memegang peran dalam konten yang viral, kita cenderung terburu-buru menyebarkan informasi tanpa melakukan verifikasi. Bahkan sering kali ikut menertawakan atau mencela tanpa memahami konteks atau dampak yang lebih luas apa yang kita bagikan. Literasi digital dan kemampuan berpikir kritis adalah benteng pertama dalam melawan arus konten yang merusak. 

          Namun, yang tidak kalah penting adalah masyarakat secara keseluruhan. Sebagai masyarakat kita memiliki tanggung jawab untuk menciptakan norma- norma etika dalam penggunaan media sosial. Tekanan sosial untuk tidak mendukung atau menyebarkan konten yang tidak etis, serta pendidikan yang berkelanjutan tentang etika digital sejak dini, dapat membantu generasi yang lebih bertanggung jawab dalam berinteraksi di dunia Maya. 

         Pada akhirnya, ketika etika kalah oleh viral, tidak ada satupun pihak yang dapat dibebaskan dari tanggung jawab. Ini adalah masalah kolektif yang membutuhkan solusi kolektif. Pembuat konten dan masyarakat harus memastikan bahwa kecepatan informasi tidak lagi mengorbankan integritas dan kemanusiaan. 

        Dalam menyongsong hari kemerdekaan, kita memiliki kesempatan untuk mengembalikan nilai-nilai yang telah terkikis oleh viralitas. Momen pergantian tahun, apapun latar belakang keyakinan kita, selalu menjadi penanda untuk evaluasi diri dan penetapan resolusi baru. Ini adalah waktu yang tepat untuk memperbaharui komitmen kita pada etika, empati, dan tanggung jawab dalam setiap interaksi digital kita. Mari kita jadikan momen ini sebagai titik untuk lebih berhati-hati dalam menyebarkan luaskan informasi dan lebih berani menyuarakan kebenaran bukan hanya sekedar popularitas. Dengan begitu kita bisa membangun ruang yang tidak hanya ramai, tetapi juga bermakna dan berlandaskan pada nilai-nilai kemanusiaan dan prinsip-prinsip etika. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun