Mohon tunggu...
Gita Anindya
Gita Anindya Mohon Tunggu... Freelancer - A girl
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

I do believe your galaxy

Selanjutnya

Tutup

Nature

Miris! Jumlah Toilet Umum di Jakarta Sangat Memprihatinkan

21 Maret 2019   11:40 Diperbarui: 21 Maret 2019   11:52 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di sebuah halte bus Transjakarta, seorang perempuan muda tampak sangat gelisah. Ia berkali-kali melihat jam di pergelangan tangan kirinya, menengok ke arah datangnya bus, lalu sesekali melihat ke papan informasi menit kedatangan bus berikutnya, dan sembari menggerak-gerakkan kedua kakinya. Hal itu dilakukannya berulang-ulang.

Rupanya bukan rasa khawatir terlambat sampai ke tujuan yang ia pikirkan. Bukan itu. Melainkan ia menahan hasrat buang air kecil alias (maaf) kebelet pipis. Tidak ada toilet umum tersedia di halte tersebut. Jika ia harus masuk ke mall terdekat untuk memenuhi "panggilan alam" tersebut, berapa lama waktu yang ia perlukan? Berapa bus datang yang akan ia lewatkan? Berapa effort tenaga yang harus ia keluarkan untuk berjalan kaki naik-turun tangga hingga kembali lagi menunggu bus datang? Repot sekali.

Berbeda lagi dengan kisah yang dialami seorang pengendara ojek online. Sebut saja: Subhan. Saat berjuang mendapatkan penumpang di pinggir sebuah jalan besar di Jakarta Pusat, tiba-tiba hasrat buang air kecil Subhan muncul, dan tidak bisa ditahan. Apa yang harus ia lakukan? Jika tidak menemukan pom bensin (SPBU) terdekat, ada kemungkinan pengojek muda tersebut akan menyalurkannya di sembarang tempat yang ia pikir aman, seperti di sudut tembok, di bawah pohon, atau di semak-semak.

Dari sisi dan sudut pandang apa pun: kebersihan, kesehatan, kesopanan, dan ketertiban, tentu hal yang dilakukan Subhan itu tidak bisa dibenarkan. Masih beruntung hasrat yang muncul adalah buang air kecil (BAK). Ya, beruntung, karena pasti Subhan akan jauh lebih direpotkan jika harus berjuang menahan hasrat buang air besar (BAB).
 
Barang Langka, Barang Berharga

Masalah yang dialami Subhan dan si perempuan pengguna busway tadi akan dengan mudah teratasi, jika mereka menjumpai toilet umum. Sederhana sekali. Namun kenyataannya, tidak se-simple itu!

Kita bicara tentang toilet umum, sebuah bilik yang relatif sempit, berukuran sekitar 2x2 meter persegi yang terdiri dari closet jongkok dan bak kecil berisi air bersih, atau setidaknya terlihat bersih. Toilet ini memang hanya memfasilitasi untuk kebutuhan BAK dan BAB. So, buang jauh-jauh bayangan toilet yang ada di mal-mal, yang luas, bersih, wangi, adem, dan dilengkapi urinoir.

Bilik-bilik toilet umum non-mal memang tersedia di Jakarta. Tapi bisa ditemui di mana saja ya? Berapa bilik yang tersedia di satu lokasi? Bagaimana kondisinya?

Para pengguna yang pernah merasakan manfaat toilet umum akan mengamini alias setuju bahwa jumlah fasilitas umum nan vital tersebut masih sangat terbatas. Kondisinya pun belum memadai. Akibatnya, kerelaan untuk antre pun tak dapat dihindari.

Bicara fakta tentang antrean akibat terbatasnya jumlah toilet umum, beberapa bulan lalu ada kasus sangat memprihatinkan yang terjadi di bilangan Jakarta Timur. Seorang pria paruh baya pengguna toilet umum, ditegur cukup keras oleh salah seorang tetangganya karena dianggap menggunakan toilet terlalu lama. Hal ini mengingat jumlah pengguna yang antre cukup banyak. Maklum, toilet umum hanya ada satu-satunya di daerah tersebut.
Tak disangka, pengguna toilet yang ditegur tersebut tidak diterima. Ia pulang mengambil senjata tajam, lalu kembali ke lokasi toilet untuk membacok tetangganya itu. Beruntung tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut, dan kasusnya sudah ditangani yang berwajib. Miris.

Jika Anda berada di posisi Subhan, atau perempuan muda pengguna busway, atau bahkan di posisi pria yang tersulut emosi tatkala ditegur tetangga tersebut, apa yang Anda harapkan?
 
Solusi ala Saweri

Berdasarkan kondisi dan fakta-fakta yang terjadi, toilet umum mutlak dibutuhkan. Tidak hanya jumlahnya yang harus mencukupi, kondisinya pun juga harus memadai. Bahkan, kaum disabilitas juga diharapkan dapat mengakses dan menggunakan fasilitas umum tersebut dengan mudah dan nyaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun