Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Masih Adakah "Cinta Monyet"?

28 Oktober 2013   14:02 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:55 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
photo: www.templeofcuteanimals.com

[caption id="" align="aligncenter" width="350" caption="photo: www.templeofcuteanimals.com"][/caption] Kalau Pak Jokowi memang cinta monyet. Dalam arti sesungguhnya, yaitu mencoba memberi hak hidup dengan berdasar 'peri-kehewanan'. Kalau tulisan ini akan menyoal cinta monyet secara kiasan. Kiasan dalam bahasa Indonesia yang makin redup terdengar. Kiasan yang nampak hilang dalam pola pergaulan anak muda masa kini. Cinta monyet adalah istilah informal yang berarti perasaan cinta yang terjadi antara sepasang anak muda yang masih dalam masa remaja. Istilah ini juga dapat digunakan sebagai kata sindiran, yang digunakan kepada seseorang yang kurang mencintai pasangannya. Cinta monyet, yang juga dikenal dengan "crush atau puppy love" atau bahasa gaulnya "gebetan", bisa juga dideskripsikan sebagai cinta seorang anak atau remaja kepada orang yang lebih tua. Sebagai contoh, seorang murid yang "suka" kepada gurunya. Dalam hal ini, istilah "cinta monyet" menggambarkan sebuah cinta yang tidak akan mendapat balasan. (sumber: id.wikipedia.org) Cinta Monyet VS Cinta Nafsu Kiasan cinta monyet nampakny asudah tidak lagi klop atau tidak bisa disandingkan lagi dengan anak atau remaja saat ini. Malah mungkin, mereka anak remaja sekarang sudah tidak mengenal lagi istilah cinta monyet. Lihat saja pola media menyebarkan virus cinta untuk anak yang memang bukan usianya untuk berpacaran atau menjalin cinta. Coboy Junior dengan lagu-lagu yang bertema cinta dan wanita tentunya sudah menjurus kepada cinta sesungguhnya. Bahkan anak-anak SMP atau SMA pun yang saya lihat sudah berani berboncengan 'berdempetan' mesra layaknya istri-suami. Apakah ini masih bisa disebut cinta-monyet. Atau bahkan beberapa kasus asusila yang dilakukan anak remaja. Seperti video mesum siswa SMP 4. Menurut polisi adegan tersebut dibuat suka-sama-suka (berita: republika.co.id). Kalau dengan suka-sama-suka saja berbuat demikian apalagi saling mencinta (dalam hal ini cinta monyet). Dan masih banyak kejadian lain di sekitar kita, baik terliput media atau tidak. Miris Sehingga, masih tepatkah istilah "cinta monyet" disandang para remaja yang sedang jatuh cinta? Dengan faktanya yang ditemui sudah sedemikian mirip cinta mereka dengan orang dewasa. Cinta yang didasari tanggung jawab dan bersama menjalin masa depan. Sedang seorang anak atau remaja apa benar mereka mencintai dengan tanggung jawab? Yang saya fikir, hanya menyalurkan gejolak nafsu jiwa muda. Gejolak yang belum pantas dipraktekkan. Akibat komunikasi orang tua dan pendidikan seks yang minim. Mereka hanya tahu ingin bersenang-senang, tanpa berfikir akibatnya. Cinta monyet sudah mati, cinta nafsu kini merajai. Salam, Solo, 28 Oktober 2013 1:55 pm

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun