Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Belajar Menjadi Ayah Seperti The Bear dalam Masha & The Bear

8 Agustus 2014   06:53 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:05 729
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(ilustrasi: funny-pictures.picphotos.net)

[caption id="" align="aligncenter" width="424" caption="(ilustrasi: funny-pictures.picphotos.net)"][/caption] Sudah mulai agak bosan sebenarnya melihat serial animasi Masha and the Bear. Namun putri kecil saya tidak demikian. Ia masih senang menonton polah tingkah Masha dan si Bear beserta hewan-hewan lucu lainnya. Hampir setiap sore sepulang kerja, putri saya temani menonon Masha and The Bear. Saya sebenarnya pun sudah hafal betul apa adegan berikutnya dalam setiap seri film Masha. Putri saya pun begitu. Namun, sembari mendampingi sebenarnya ada pelajaran penting buat seorang bapak atau ayah dari tokoh si Bear. Pertama, ayah sebisa mungkin mendampingi dan hadir untuk anaknya. Hampir setiap adegan, Masha selalu bersama si Bear. Pernah ada adegan di mana si Bear berkenalan dan mencoba PDKT pada beruang cewek. Si Bear pun berhasil dekat. Walau sering diganggu Masha saat si Bear bermesraan, si Bear tetap mementingkan Masha. Diantarkannya Masha untuk buang air kecil. Sampai lebih memilih bermain dengan Masha, karena si beruang cewek tertarik beruang lain. Disini, terbersit sebuah hikmah. Sesibuk apapun, atau mungkin sepenting apapun suatu urusan dampingi anak kita. Walaupun itu mencuri-curi kesempatan seperti si Bear. Kedua, ayah harus lebih banyak melakukan daripada memerintah. Bandelnya Masha memang bukan kepalang. Namun hebatnya si Bear, ia adalah seorang pribadi yang cenderung mencontohkan daripada memerintah. Ada satu episode dimana si Bear dengan keponakannya, si Panda membuat kue sejenis pangsit. Walau polah tingkah Masha nyleneh, si Bear mencontohkan cara yang benar membuat. Alih-alih memerintah atau melarang, si Bear lebih banyak mencontohkan. Walau kue yang dibuat tidak 'sesuai bentuk', si Bear tetap mengapresiasi hasil Masha. Jadi, ada baiknya seorang ayah lebih bisa menjadi role model. Anak tetaplah anak, bukan pribadi berfikir logis serupa orang dewasa. Menghargainya juga perlu dilakukan. Ketiga, ayah sebisa mungkin sabar dan tegas, bukan berarti memarahi. Si Bear memang sempat marah dan jengkel pada Masha. Pada satu ketika Masha memaksa untuk ikut merenovasi rumah si Bear yang rusak akibat TV-nya mbledos (meledak, Jawa). Sempat pula membuat ulah yang dianggap merusak. Si Bear pun bertindak tegas, namun tidak dimarahi. Si Bear meminta Masha untuk stand on the corner. Atau istilahnya, memojok untuk berfikir tentang kesalahannya. Karena memang Masha salah. Si Bear tidak memarahi atau mengusir Masha pulang. Namun tegas memberikan punishment atas kesalahan yang dilakukan. Ayah, tidak harus galak agar terlihat tegas. Yang penting adalah konsistensi. Anak akan faham pola ini. Dan Masha sudah faham ketegasan si Bear. Tanpa perlu dibentak atau diomeli. Keempat, ayah sebisa mungkin menyenangkan buat anak. Sebagai best friend, si Bear hampir selalu bergembira bersama Masha. Ada episode dimana Masha bermain kotor-kotoran dan si Bear mengganti pakaiannya dengan menjahit. Si Bear pun menemani dan hadir saat Masha meminta segala rupa. Dengan sabar dan telaten si Bear mengganti baju Masha yang selalu kotor. Sehingga habis bahan pakaian untuk membuat baju baru, Masha harus memakai popok. Ayah, sebisa mungkin sabar, telaten, melakukan dan yang terpenting menyenangkan untuk anak kita. Mungkin banyak ayah yang sudah tua untuk bisa bersenang-senang ala anak kecil. Atau gengsi mengikuti anak bermain petak umpet atau lompat tali. Baiknya, ayah jadilah sosok sahabat bukan sekadar orangtua. Sehingga saat dewasa nanti, ayah tetap menjadi sahabat buat anaknya. Dan mungkin ada beberapa nilai atau hikmah lain yang Anda tangkap. Tetap, jangan lupa dampingi anak dalam menonton acara di televisi. Salam, Solo, 07 Agustus 2014 11:49 pm

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun