Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Media Sosial yang Hilang Unsur Sosialnya

15 Maret 2023   23:54 Diperbarui: 16 Maret 2023   10:31 860
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kecanduan Medsos oleh cottonbro studio (pexels.com)

Dari frasa media sosial sendiri jelas, bisa dipahami ada unsur sosial terlibat. Medsos berarti medium untuk bersosialisasi. Kata 'sosial' yang berarti interaksi  membuat users berharap medsos membantu mereka berinteraksi dengan users lain. Namun, banyak juga alasan mengapa sosial media tidak terasa aspek sosialnya lagi.

Banyak users yang pada akhirnya hanya scroll atau refresh linimasa untuk sekadar melihat trending. Banyak platform medsos yang sudah berusaha menjadi TikTok. Di mana konten tiada habis akan terus tersaji. Walau users tidak memiliki follower atau mem-follow akun apapun, cukup lihat, like, dan scroll terus saja.

Jelas platform medsos tidak mau kehilangan user setianya. Kala banyak orang berpindah dan senang di TikTok, platform harus berbenah. Walau kadang menghilangkan karakter platform mereka sendiri. Ada 4 alasan lain yang juga melunturkan aspek sosial platform medsos.

Pertama, medsos terlalu banyak memberikan fitur pengalaman users. 

Fitur seperti penampilan dan setting profil. Fitur filter, privasi dalam berbagi foto dan video. Fitur berkomentar, dan keamanan profil. Bahkan pembatasan menonton konten pribadi dan users lain. Ini semua mengurangi dan mengabaikan interaksi karena ada banyak hal yang harus diperhatikan.

Sebelum berubah seperti saat ini, Twitter sebenarnya fiturnya cukup sederhana. Ada tab tempat akun yang di-follow dan Trending. Tapi dengan ada tab For You, memahami informasi kian rumit. Instagram yang 'mengadaptasi' fitur ala Snapchat dan TikTok malah mencueki fitur IG yang sederhana dan jelas karakternya, filter foto.

Kedua, medsos telah menciptakan jarak emosional tinggi antar users. 

Users yang tumplek blek berinteraksi sering merasa tak nyaman berbagi informasi pribadi mereka. Dengan maraknya aksi julid, review bomb, sampai doxxing user merasa tidak perlu membangun hubungan yang kuat. Hal ini menjadi lebih buruk saat tidak adanya interaksi tatap muka.

Banyak users anonim kebablasan memaknai kebebasan ekspresi. Dampaknya, apapun kontennya pasti ada saja yang jelek dan didebatkan netizen. Sehingga, users perlu waspada lebih saat memposting sesuatu di medsos. Bukan saja was-was komentar negatif, tapi konten dicuri atau disalahgunakan.

Ketiga, medsos telah menciptakan medan persaingan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun