Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mengenal 7 Jenis Misinformasi, Konten Fabrikasi

13 Desember 2018   15:49 Diperbarui: 14 Desember 2018   05:25 1004
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fake Account - Ilustrasi: abdnews.org

Screenshot Fanspage Facebook Forum Anti Fitnah Hasut dan Hoaks
Screenshot Fanspage Facebook Forum Anti Fitnah Hasut dan Hoaks
Di masa Pilpres US tahun 2016, Robert Mueller sang Direktur FBI juga terkena model konten fabrikasi. Ia dituduh pernah melakukan pelecehan seksual. Via bocoran email 'inteligen' Surefire yang diivestigasi oleh Gateway Pundit. Berita inipun tersebar dalam jejaring sosmed sayap kanan Republican. Walau faktanya, firma inteligen Surefire ini rekayasa dan tuduhan pada Mueller pun tak berdasar.

Konten berupa blog, gambar atau video bisa dengan sengaja dibuat dan di-share via sosmed. Seperti kasus produsen Vivo yang bagi-bagi smartphone gratis dengan me-like fanspage palsu. Konten provokatif dengan muatan politis dan etnis pun pernah terjadi. Seperti kabar bohong ditemukannya WN Tiongkok yang membuat banyak KTP palsu. Dan ujung-ujungnya diminta untuk mendukung salah satu Capres di Pemilu 2019. 

Cepat dan masifnya peredaran berita fabrikasi seperti ini kian membuat kita khawatir. Tabloid Obor Rakyat yang dulu sempat membuat publik resah ternyata telah diakui oleh La Nyalla. Ia adalah tokoh dibalik kampanye pemenangan salah satu Capres di tahun 2014. 

Jika di dunia nyata saja persebaran Obor Rakyat begitu sistematis, terselebung, dan masif. Maka konten fabrikasi ini mungkin lebih berbahaya karena informasi langsung sampai ke smarpthone pribadi secara real-time.

Kenali dan Setop Persebarannya Sejak Dini

Menurut Ireton dan Posseti (2018) setidaknya kita bisa mengenali konten fabrikasi ini dari 3 elemen; agent (perantara), message (pesan), dan . interpreter (publik). Dari ketiga elemen ini kita akan bisa mengenali konten fabrikasi sejak awal. Dan barang tentu, menghentikan persebaran konten propaganda ini sejak dini.

Tabel 3 Elemen Disinformasi dari Ireton dan Posseti (2018) - Screenshot Dokumentasi Pribadi
Tabel 3 Elemen Disinformasi dari Ireton dan Posseti (2018) - Screenshot Dokumentasi Pribadi
Katakanlah sebuah posting menggunakan akun tidak jelas dibarengi bots yang berinteraksi dengan homogen. Bisa jadi posting tersebut adalah propaganda politis. Tujuan utamanya adalah fitnah dan hasut. Namun dengan sarana sosmed, propaganda politis ini tak jarang banyak orang percaya. Terpenjara echo chambers bisa jadi menyebabkan fanatisme buta ini.

Sehingga, kita pun ada baiknya Saring Sebelum Sharing. Jangan sampai kacamata ideologis politis dan buaian kata gratis mengaburkan akal sehat kita dalam bersosial media.

Jenis misinformasi sebelumnya Satir atau Parodi, Clickbait, Konten Mengelabui, 

Salam,

Solo, 13 Desember 2018

03:49 pm

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun