Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mengenal 7 Jenis Misinformasi, Satir atau Parodi

10 Desember 2018   15:53 Diperbarui: 10 Desember 2018   19:17 1133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Satire oleh Pawel Kuczynski - Ilustrasi: twistedsifter.com

"The pitifullest thing out is a mob; that's what an army is--a mob; they don't fight with courage that's born in them, but with courage that's borrowed from their mass, and from their officers." Mark Twain - Huckleberry Finns

Tentang Satir

Kata satir (satire) konon berasal dari sebuah novel karya Gaius Petronius Arbiter (27 AD-66 AD) berjudul Satyricon. Novelnya berisi beragam cerita, dengan beragam genre. Kisah Banquet of Trimalchio adalah yang paling nyata memparodikan dan melebih-lebihkan kehidupan hedonis Yunani jaman dulu. Gaya penulisannya bersifat alusi, tajam, dan sarkas memotret kehidupan kontemporer kekaisaran Nero.

Pada abad ke-19, salah satu novelis satir terkenal adalah Mark Twain (Samuel L. Clemens, 1835-1910) dari Britania Raya. Contoh karya satirnya seperti novel Huckleberry Finn (1884), banyak menyuguhkan bahasa satir. Seperti contoh kutipan dari novel Twain pada bab 22 diatas. Ringkasnya, serdadu tak lain adalah kelompok begundal karena beramai-ramai. Dan kelompok ini dikontrol dan dipropagandai oleh seseorang dibelakang mereka. 

Genre satir pun berkembang ke dalam ranah hiburan dan jurnalisme modern. Charlie Chaplin dengan film pendeknya berjudul The Great Dictator (1940) juga masuk ke dalam gaya satir.  Di tahun 1960, program televisi seperti That Was The Week That Was mengiring era Satire Boom di UK. Di US, talkshow Martin and Rowan Laugh-In (1968) menjadi cikal gaya satir acara lain seperti Saturday Night Live, Colbert's Report, The Daily Show, dsb.

Walau korannya terbit sejak 1988, pada tahun 1996 The Onion mulai mengisi konten satirnya secara online yang juga sering dilansir oleh CNN dan CNET. Dan sejak internet mendunia, banyak portal berita satir di banyak negara. Di India ada The Scoop Times, di Turkey ada Zaytung, di TimTeng ada Pan Arabia Inquirer, di Australia ada The Sauce, dll.

Di Indonesia, beberapa portal berita sering menayangkan berita berisi satir. Seperti berita dari sebarr.com yang berjudul "Tak Mau Bertemu, Pangeran Arab Saudi Sebut Amien Rais Prabowo, Rizieq Shihab 'Para Badut'". Di detik.com, berita karangan bunga satire untuk Setnov pernah dimuat. Di tahun 2014, situs berita satir posronda.net hampir dipolisikan Tifatul Sembiring saat itu karena dianggap menyebar hoaks.

The Onion Print - Ilustrasi: huffingtonpost.com
The Onion Print - Ilustrasi: huffingtonpost.com
Sulitnya Membedakan Satir dan Hoaks

Tsunami informasi diiringi minimnya literasi media dan digital membawa kita pada endemi misinformasi. Baik orang dari kalangan terdidik atau orang awam dunia digital, kini begitu mudahnya menyebarkan misinformasi atau populernya kita sebut hoaks. Walau misinformasi sendiri banyak jenisnya, dan salah satunya adalah satir atau parodi.

Kesulitan membedakan satir dan berita bohong pernah ditelaah Schoentaler dan Bedard (2018). Menurut studi mereka, sosio-demografis users biasanya menjadi faktor utama sulitnya membedakan berita satir dan berita bohong. Berita satir tanpa humor pun kadang tak jarang dilabeli berita bohong oleh beberapa users. Dampaknya, berita bohong pun sering dilabeli sebagai berita satir.  

Dilansir dari thought.co, karena seringnya users men-skim atau membaca cepat sebuah berita. Kadang membuat users tidak menyadari kata kunci dan disclaimer suatu berita atau situs. Akibatnya, terjadi misinterpretasi konten. Konten kabar bohong dianggap satir atau parodi, begitupun sebaliknya. Apalagi saat konten berita menggugah emosi dan menyinggung ideologi atau sikap partisan kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun