Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Selain Berbahaya, Hoaks Jenis Ini Berisiko Kematian!

26 April 2018   13:33 Diperbarui: 27 April 2018   13:16 3176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fake or Fact (timesofmalta.com)

Karena biaya medis penyakit stroke dan kemoterapi dalam info hoaks ini mahal. Bagi para penderita, tentunya info ini bisa jadi referensi. Namun, efek sampingnya bisa jadi lebih berbahaya daripada penanganan medis.

Perlunya informasi kesehatan yang baik dan benar menjadi penting. Kementerian Kesehatan, BPOM, asosiasi profesi medis dan aparat hukum tentu menjadi pengawas dan penindak. Saat ada berita bohong soal kesehatan tersebar. Kemenkes/BPOM/asosiasi profesi medislah yang gercep mengkoreksinya. Tentunya dengan penelitian yang relevan dan valid. Sedang aparat hukum, baik divisi siber dan lapangan, harus segera menangkap penyebar hoaks ini. 

Dan kita pun bisa terlibat. Memvalidasi info kesehatan dengan metode CCTV bisa dijadikan panduan. Apalagi sekarang sudah ada Hoax Buster Tools karya anak bangsa, Mafindo. Aplikasi ini bisa sesegara memvalidasi sebuah berita bohong. Jangan malu mencari kebenaran berita soal kesehatan. Karena selain kesehatan dipertaruhkan, nyawa bisa jadi pun terancam. 

Mengikuti seminar/workshop menyoal hoaks kesehatan pun menjadi penting. Apalagi saat narsum yang dihadirkan adalah orang yang relevan dan profesional dalam bidang kesehatan. Referensi dan pengalaman praktik dokter/ahli kesehatan menjadi panduan menelusur informasi. Pengalaman, kasus pasien, dan tips dari narsum yang ahli menjadi acuan. Bisa jadi narsum tersebut memberi informasi kesehatan memadai baik dalam bentuk fisik/digital.

Jadi, untuk kesehatan jangan coba-coba percaya berita bohong.

Referensi: nakita.grid.id | nationalgeographic.co.id | theatlantic.com | wired.com

Salam,

Solo, 26 April 2018

01:32 pm

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun