Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Selain Berbahaya, Hoaks Jenis Ini Berisiko Kematian!

26 April 2018   13:33 Diperbarui: 27 April 2018   13:16 3176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fake or Fact (timesofmalta.com)

Pernahkah Anda mendapat pesan seperti ini?

Berbahaya, jangan makan kangkung! Karena ada lintah yang bisa masuk ke tubuh. Lintah ini lalu menghisap darah dalam tubuh.

Kerupuk yang nyala kalau dibakar mengandung plastik! Hati-hati!

Hati-hati, minum air dingin sesudah makan makanan panas menyebabkan kanker!

Mengejutkan bukan? Sayangnya rangkuman info-info ini hanya sekadar berita bohong alias hoaks! Faktanya bisa ditemukan di link referensi di akhir artikel.

Biasanya posting/info dibuat terlihat lebih ilmiah dengan foto/video. Ada juga beberapa yang membubuhkan testimoni. Ada banyak orang yang begitu saja percaya. Karena info diatas menyangkut kesehatan, banyak yang membenarkannya.

Siapa yang tidak bersyukur jika terus sehat. Info diatas seolah wajar. Dengan ditambah bumbu-bumbu dalam posting yang di share kembali. Viralnya info ini bisa sampai mempengaruhi satu negara.

Pada tahun 2016 di Brazil, banyak orang menentang vaksin penyakit kuning/yellow fever. Info bohong soal mahasiswa yang meninggal usai diimunisasi vaksin penyakit kuning, menyebabkan keresahan. 

Ditambah lagi menurut info viral via WhatsApp, vaksinasi adalah upaya konspirasi kaum Iluminati mengurangi populasi penduduk. Padahal penyakit kuning ini berbahaya dan sudah memakan banyak korban. Padahal pemerintah Brazil sendiri mewajibkan imunisasi penyakit kuning sejak 2002. 


Info kesehatan pun bukan melulu dari hoaks, tapi juga media jurnalistik. Menurut Kelly McBride, dari Poynter Institute, info kesehatan bohong dan tidak tepat adalah yang paling berbahaya. Banyak sekali berita bohong soal kesehatan di internet. 

Sedang informasi kesehatan yang ada kurang memadai. Informasi kesehatan yang kurang baik pun kadang diliput dalam jurnalisme. Saat riset berjalan lambat, pendekatan jurnalis cepat dan sigap. Berita setengah jadi ala internet lebih disukai daripada hasil riset. 

Informasi kesehatan adalah esensial bagi kelangsungan hidup dan penyembuhan. Kadang banyak dari kita, dunia digital adalah referensi. Ditambah sosmed yang kian personal dan real-time. Info kesehatan mudah saja dibagikan. 

Saat pola pikir masih kurang kritis pada informasi. Dan juga lingkar filter bubble dan post-truth ala sosmed yang mempengaruhi. Berita bohong kesehatan bisa begitu saja dipercaya.

Biaya medis dan konsultasi dokter yang kadang tidak terjangkau, bisa menjadi faktor lain isu ini. Berapa banyak orang yang sudah percaya menusuk jari dengan jarum saat seorang mengalami stroke bisa membantunya? Atau yang percaya lemon lebih baik daripada kemoterapi? 

Karena biaya medis penyakit stroke dan kemoterapi dalam info hoaks ini mahal. Bagi para penderita, tentunya info ini bisa jadi referensi. Namun, efek sampingnya bisa jadi lebih berbahaya daripada penanganan medis.

Perlunya informasi kesehatan yang baik dan benar menjadi penting. Kementerian Kesehatan, BPOM, asosiasi profesi medis dan aparat hukum tentu menjadi pengawas dan penindak. Saat ada berita bohong soal kesehatan tersebar. Kemenkes/BPOM/asosiasi profesi medislah yang gercep mengkoreksinya. Tentunya dengan penelitian yang relevan dan valid. Sedang aparat hukum, baik divisi siber dan lapangan, harus segera menangkap penyebar hoaks ini. 

Dan kita pun bisa terlibat. Memvalidasi info kesehatan dengan metode CCTV bisa dijadikan panduan. Apalagi sekarang sudah ada Hoax Buster Tools karya anak bangsa, Mafindo. Aplikasi ini bisa sesegara memvalidasi sebuah berita bohong. Jangan malu mencari kebenaran berita soal kesehatan. Karena selain kesehatan dipertaruhkan, nyawa bisa jadi pun terancam. 

Mengikuti seminar/workshop menyoal hoaks kesehatan pun menjadi penting. Apalagi saat narsum yang dihadirkan adalah orang yang relevan dan profesional dalam bidang kesehatan. Referensi dan pengalaman praktik dokter/ahli kesehatan menjadi panduan menelusur informasi. Pengalaman, kasus pasien, dan tips dari narsum yang ahli menjadi acuan. Bisa jadi narsum tersebut memberi informasi kesehatan memadai baik dalam bentuk fisik/digital.

Jadi, untuk kesehatan jangan coba-coba percaya berita bohong.

Referensi: nakita.grid.id | nationalgeographic.co.id | theatlantic.com | wired.com

Salam,

Solo, 26 April 2018

01:32 pm

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun