Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Karya Karma Bagian 11

20 Oktober 2016   19:30 Diperbarui: 20 Oktober 2016   19:31 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dipthycs Black - foto: Maciej Goraczko

* * *

Matahari pagi mulai muncul di atara dedaunan di dalam hutan. Abah sudah bangun sejak subuh hari. W. terbangun karena matanya yang tertimpa cahaya matahari.

"Sudah pagi Abah. Kita harus segera menuju kota kembali. Lebih aman disana daripada disini. Karena sebentar lagi polisi dan tentara akan menyisir hutan ini dengan berjalan kaki." ujar W. sambil segera membereskan barang-barangnya dalam tenda teepee. 

"Baik W. mari kita segera pergi." Abah segera membuyarkan tenda teepee. Dedaunan dan kayu-kayu guna membuat tenda segera disebar di beberapa tempat. Semua agar tidak ada yang curiga. Polisi akan menyangka ini sampah orang-orang yang kemping.

W. segera membersihkan dedaunan di mobilnya. Nampaknya kamuflase ini berhasil mengecoh helikopter polisi malam tadi.

"Cepat masuk Abah. Kita harus segera mencari kamar di kota. Kita tunggu beberapa hari sampai suasana tidak begitu riuh. Baru kita menuju ke kota lain." sambil menyalakan lalu menjalankan mobilnya, W. melaju kencang menuju kota.


"Mungkin kita tidak perlu lari lagi W." Abah berucap. Sedang W. terdiam dan memahami maksud Abah.

Mereka akhirnya sampai di sebuah penginapan usang di pusat kota. W. segera memesan kamar dan meminta Abah beristirahat di dalam kamar. Sedang W. akan membeli makanan untuk mereka. Dengan menggunakan kacamata dan scarf menutupi kepalanya, W. memberanikan diri ke minimarket terdekat penginapan.

'Sial! Benar dugaanku.' Mariam mengumpat dalam hati. Setelah melihat headline berita di koran hari ini, ia tahu Mariam selamat. Dan ia tahu polisi sudah benar-benar menyisir ruang Kesempurnaan. Mariam segera berlari kembali menuju penginapan.

"Abah, benar dugaanku. W. masih hidup karena polisi bisa tahu ruang Kesempurnaan. Pasti polisi juga sudah tahu kuburan Niko. Keparat Niko! Semua gara-gara dia!" W. memaki sambil menatap keluar jendela.

"Kamu harus bunuh Mariam. Sekarang pasti dia di rumah sakit. Luka amputasi dan bedah perut belum sembuh sempurna. Kamu harus kesana W. Lenyapkan Mariam selamanya!" Abah berkata tajam dan seius.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun