Mohon tunggu...
Giens
Giens Mohon Tunggu... Penulis - freelancer

I like reading, thinking, and writing.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pipit Ekor Beduk

7 Juni 2021   09:59 Diperbarui: 7 Juni 2021   10:10 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

kata manis kausertakan dalam setiap ajakan
dan sebagai iming-iming imbalan
kau bocorkan fitur surga secara serampangan
amplifikasi kenikmatan dunia yang dikekal-kekalkan
kaupaksapahamkan
pada orang-orang yang logikanya telah kaukalahkan

begitu lincah kau ramu setiap isu
hingga mereka terbirit-birit mengikutimu
mengejek, menghina, melaknat setiap etnis dan entitas yang berseberangan denganmu
sambil berulangkali meneriakkan nama-Mu
tanpa sadar bahwa mereka telah dibuat dungu
dengan candu

domba yang hilang, siapa yang mau memulangkan?
nalar yang dibuang, siapa yang mau mengembalikan?

hati yang mati, siapa yang mampu menghidupkannya kembali?
apalagi hati yang mati tercekik rasa benci,
ibarat semua napasnya dikunci dengan kata sandi
dengan ribuan layer terenkripsi

waspadalah saudaraku
kenali pipit-pipit genit yang menyambangimu
jangan buru-buru kauserahkan nalarmu
kicau para pipit perlu disaring dulu

karena yang terlihat pipit belum tentu pipit betulan
amati pantatnya, pelototi ekornya
kalau ekornya mungil pipit, tentu pipit adanya
segera mundurlah jika ekornya tak nampak nyata
karena bisa jadi ekornya benggala
jauh lebih besar daripada badannya
ekor beduk jenisnya
ekor tabung menggelembung
gendut-gendut ketum
berpenampang lembaran bulu

bulunya pun bukan bulu pipit kebanyakan
mungkin milik kebo yang piawai mengeluhkan keprihatinan
mungkin juga milik sapi yang lihai melenguhkan hasrat freudian
atau milik kondor bertopeng dadali yang kelaparan
atau milik wirog pesugihan yang mengincar kesempatan
atau milik domba yang kadang dipinjamkan
pada serigala gurun yang gemar melolongkan toa kebencian
di tengah kawanan buih yang kebingungan
akibat pegangan telanjur digadaikan
pada hantu-hantu kebalikan yang berkeliaran
atas nama pipit-pipit penyampai kebenaran

bukti gadai alias setruk
disimpan di dalam beduk
berupa janji
berbunyi sekali jika ditabuh sekali
berbunyi riang jika ditabuh berulang-ulang

miris sekali
kala bukti janji sekadar resonansi
merdu di telinga
tapi tak ada wujudnya
seperti angin di perut beduk di ekor pipit
kadang bercampur angin najis dari kloaka sempit

bau orkestrasi busuk
si pipit ekor beduk

beduk politik
bagian dari strategi licik
semaunya pilih culpa untuk difatwa felix

bagi sekawanan picik
taktik itu terbukti cocik

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun