Mohon tunggu...
Giens
Giens Mohon Tunggu... Penulis - freelancer

I like reading, thinking, and writing.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pengobatan Alternatif Ningsih Tinampi: Menguak Patogen dari Alam Lain

18 Juni 2020   05:46 Diperbarui: 18 Juni 2020   05:42 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: channel youtube Ningsih Tinampi.

Dalam sebuah sandiwara radio Saur Sepuh puluhan tahun silam, Tumenggung Jamali seorang pejabat negara menyebutkan bahwa penyebab wabah penyakit muntah dan berak (diare) yang diderita sebagian rakyat Madangkara adalah lelembut cai. Saya tertawa mendengarnya.

Saya masih SD saat itu, tapi saya sudah tahu tentang kuman karena ilmu kesehatan sudah diajarkan. Lelembut cai yang dimaksud Tumenggung Jamali pastilah kuman patogen (penyebab penyakit) di air. Tapi kenapa disebut lelembut? Itu kan artinya sebangsa jin? Masak iya jin menyebabkan diare? Baru belakangan ini saya paham betapa briliannya pemilihan kata itu. Niki Kosasih si penulis cerita Saur Sepuh benar-benar visioner.

Lelembut dan kuman (bakteri atau jasad renik lainnya) memiliki persamaan. Keduanya tak kasat mata. Dulunya begitu. Tak heran jika kuman pun masuk kategori lelembut. Dengan perkembangan teknologi optik, keberadaan kuman dapat terungkap meski harus menggunakan alat yang bernama mikroskop.

Namun, tanpa alat yang bernama mikroskop itu, kuman sama halnya dengan lelembut, sama-sama tak kasat mata. Bagi mata telanjang, lelembut dan kuman sama-sama invisible-nya meski berbeda alasannya. Yang satu karena gaib keberadaannya, yang satu karena mikro ukurannya.

Pasien penderita sakit parah tentu tak ingin terlalu mempermasalahkan apakah sakitnya disebabkan oleh lelembut ataukah kuman. Ia hanya ingin secepatnya sembuh. Asalkan kompeten mengobati sakitnya, entah dokter (terapis medis) ataukah terapis nonmedis mana pun akan dimintai jasanya. Toh dokter maupun terapis nonmedis pun sekadar perantara. Pemberi kesembuhan yang sesungguhnya adalah Tuhan yang Maha Kuasa. Begitu pula halnya bagi para pasien Ningsih Tinampi.

Ningsih Tinampi, seorang ibu yang beralamat di Pandaan Jawa Timur, merupakan terapis nonmedis yang aktivitasnya viral di dunia maya sejak beberapa waktu lalu. Hal ini karena ia mengunggah aktivitas pengobatannya yang "gaib" dan fenomenal itu ke channel Youtube. Dengan menggunakan kata kunci "Ningsih tinampi" niscaya kita mudah menemukan channel ofisialnya.

Dalam puluhan video berbagai durasi itu diperlihatkan bagaimana Ningsih Tinampi atau kerap disapa Bu Ning (BN) melakukan terapi "aneh" pada para pasiennya. Terapi sambil bercanda, "berkomunikasi" dengan berbagai makhluk gaib yang mendiami tubuh pasiennya. Hanya dengan menggunakan bahasa sehari-hari, kadang bahasa Indonesia, lebih sering bahasa Jawa Suroboyoan. Adu argumentasi, persuasi, dan bahkan tindakan represif pun dilakukan agar si makhluk gaib yang biasa disebutnya setan atau demit itu mau keluar dari tubuh pasien.

Dulu, BN menggunakan wortel untuk menekan-nekan tubuh pasien, sekarang menggunakan alat semacam botol. Saat ditekan-tekan itulah sebagian pasien akan bertingkah seperti bukan dirinya sendiri. Kesurupan. Makhluk gaib atau demit di badan pasien itulah yang muncul dan menguasai kesadaran si pasien. Selanjutnya, BN akan berdialog dengan si demit melalui perantara tubuh (panca indera) pasiennya. Demit itulah yang diyakini sebagai penyebab berbagai penyakit atau gangguan kesehatan fisik/psikis pasien.

Demit yang mendiami pasien BN ada yang sengaja dikirimkan orang (dukun santet), ada yang masuk karena "kesembronoan" si pasien sendiri (tak sengaja mengundang demit memasuki tubuhnya), ada juga yang masuk karena keusilan si demit.

Tidak Semua Pasien BN Sakit Akibat Disantet

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun