Senang? Tidak. Hanya perasaan sedih, ko lama dan sulit sekali ya berubah. Seolah semua yang dilakukan juga sia-sia. Lantas harus bagaimana? Coba lagi? Berjanji lagi? Sudah tidak mau berjanji, salah jadi, gagal lagi- gagal lagi. Masih akan berusaha, mencoba sedikit-sedikit meski tidak berjanji, tapi ada rasa yakin untuk benar-benar pergi.
Pergi kemana? Kemana saja. Sejauh mungkin dari keburukan hari ini. Sejauh-jauhnya dari kebiasaan yang tidak mengenakan ini. Janji bukan soal dengan siapa kan, tapi berkomitmen untuk siapa. Alasan apa yang membuat janji itu betul-betul harus ditepati. Masalah janji datang karena pelakunya sendiri katanya untuk berubah, menjadi lebih baik, dan cara yang dia tahu hanya dimulai dengan janji. Apakah ada permulaan yang lebih baik selain janji? Dari mana harus memulainya?
Bukan lagi dari mana saja mulainya. Tapi, tahu konsepnya bahwa semua berasal dari hati. Berharap dengan bermula lagi akan menghasilkan kejadian yang dulu pernah dijanjikan. Dengan mengevaluasi diri, memaafkan janji yang tidak pasti dan menyusun ulang rencana dari hari ke hari.
Jika sudah begitu, berserah pada-Mu ya Allah. Maafkan jika pernah senakal itu, memainkan janji dan komitmen sendiri. Membawa-bawa nama-Mu padahal tidak bisa mempertanggungjawabkan. Semoga setelah ini tidak lagi berjanji tapi betul-betul berjuang dan berserah diri.