Mohon tunggu...
Gatot   "Jendral" Subroto
Gatot "Jendral" Subroto Mohon Tunggu... lainnya -

Asisten Sutradara 1, Penulis, Penggemar Foto, Aktor (Coboy Junior The Movie 1 dan 2, Slank Ga Ada Matinya, Tak Kemal Maka Tak Sayang, 7 Misi Rahasia Sophie, 3 DARA, SKAKMAT, BEST FRIEND FOREVER - tayang 2016, PETAK UMPET MINAKO - tayang 2016) yang terus belajar untuk menulis dan berkarya untuk sesama.\r\n\r\nFB : dream_catcher2015@yahoo.com\r\nBlog : http://takketik.blogspot.com/\r\nTwitter : @gatot_winner

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

The Kartini Paper: Surat Cinta untuk Kartini

14 April 2016   16:31 Diperbarui: 14 April 2016   16:36 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1. Selain korelasi diatas, ada korelasi menarik lainnya yang bisa dijadikan artikel lainnya, misalnya :

Bahwasanya tokoh utama kita adalah Sarwadi yang merupakan seorang pengantar surat, ini menandakan dirinya adalah “perantara”. Sosok atau namanya sendiri tidaklah setenar Kartini dalam kehidupan nyata kita, bahkan nyaris tak dikenal jika tidak dibuatkan film dengan tokoh seperti ini.

Demikian juga dalam skandal Panama Paper, dimana ini melibatkan sebuah firma firma hukum asal Panama, Mossack Fonseca yang bertindak sebagai agen atau perantara bagi para klien-kliennya yang ingin mendirikan perusahaan cangkang (offshore), atau kegiatan ekonomi lainnya, umumnya bersifat melanggar hukum. Ia bekerja di belakang layar, namanya mungkin tidak akan kita kenal jika tidak terangkat dalam kasus ini. Kita justru lebih mengenal nama nama klien-kliennya yang melibatkan sejumlah pemimpin negara, politikus, pebisnis dan pesohor dunia.

Dalam korelasi ini, kita bisa membahas peran serta seorang perantara baik dari film Surat Cinta Untuk Kartini maupun kasus Panama Paper itu sendiri. Untuk yang tertarik, silahkan membuat artikelnya sendiri.

2. Dan korelasi terakhir yang bisa saya temukan adalah :

Dalam surat-suratnya, Kartini ingin keluar negeri untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi lagi. Ia tidak nyaman dengan adat budaya di negerinya yang cenderung mengurung keinginannya untuk maju. Bukankah ini sama halnya dengan para klien dari kasus Panama Paper, kebanyakan dari mereka merasa tidak cocok dengan sistem perpajakan di negeri sendiri, sehingga memilih untuk mengalirkan dana dan keuntungan perusahaannya ke luar negeri, ke negara negara tax haven.

Tentunya dari korelasi ini bisa dibahas permasalahan apakah yang terjadi dalam negara kita sehingga beberapa orang berpotensi dalam bidangnya, cenderung mengalihkan diri ke luar negeri.

Karena selain kita bicara soal aliran dana yang disimpan keluar negeri, dari sisi lain, kita juga melihat hal yang sama. Misalnya saja, banyaknya pelajar Indonesia berprestasi yang akhirnya lebih memilih bekerja di luar negeri ketimbang kembali ke Indonesia, dan hal lainnya.

Tertarik untuk membahasnya ? Silahkan buat artikelnya.

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun