Mohon tunggu...
noviana.sbl
noviana.sbl Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Pendidikan Indonesia

manusia biasa yang menyukai seni, suara, sastra, dan sepakbola.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Sabar Seperti Apalagi?

8 Oktober 2022   18:45 Diperbarui: 8 Oktober 2022   18:52 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah hampir 2 bulan ia menghilang, tidak menghasilkan ya minimal sebuah tulisan sastra yang absurd, ia akhirnya kembali bersama perasaan yang ku kira akan lebih baik, ternyata malah lebih absurd lagi.

Ya sebenarnya ia tidak hilang, aku masih melihatnya mondar-mandir kesana-kemari, entah apa yang sebenarnya ia cari, jati diri, harga diri, atau orang-orang yang tak tahu diri? Tapi beberapa bulan kemarin, memang menjadi tugasnya untuk mendalami BAB SABAR. Bab yang kurasa mudah untuk dilafalkan, namun sulit dipraktikan, mungkin anda juga berpikir demikian, bukan? 

Ya serumit bagaimana ia harus mengontrol ego dan ambisinya yang selalu berbelok-belok, hm si paling labil katanya. Kubilang dia sedang belajar sabar, tapi mengapa orang-orang senang sekali memancing kesabarannya, tapi mungkin itu memang bagian dari ujian untuk lulus pada bab ini HAHAHA. 

Sedikit-sedikit ia mulai menerapkan sub-bab tentang "bagaimana tips sederhana menjadi orang sabar: mengelus dada dan tersenyum saat mendapatkan sesuatu yang tidak sesuai dengan kehendak atau hatinya." Kau mungkin sedikit bertanya-tanya, alasan apa dan alasan mana sih yang menyebabkan ia begitu ambisius untuk menjadi orang yang sabar? 

Tidak, tapi ini tentang penguatan pondasi kesabaran yang ia targetkan agar lebih kokoh lagi, karena ya.. ia akan dihadapkan dengan fase yang mungkin memborbardir mental dan perasaan sensitifnya. Ini semata-mata demi kebaikan dirinya.

Dan langkahnya semakin mendekati siklus yang sudah kubilang tidak menyenangkan, tapi tidak sepanjangnya begitu lah. Ia mulai merasakan kejenuhan yang mendalam, oh tenang, ini masih diambang batas wajar. Jadi maksudku, bukan ia mau mengeluhi sabar yang selama ini ia bangun. 

Tapi sabar seperti apalagi yang harus ia lakukan? Bahkan ketika ia sudah mulai merasa kelelahan, ia masih harus menegakkan pundaknya dengan tegar. 

Sabar seperti apa lagi yang harus ia lapangkan? Bahkan ketika terdengar berita duka yang sangat menyesakkan, batinnya terpukul namun senyum di wajah itu masih harus ia rautkan. Sabar sepert apa lagi, sampai-sampai memaksanya untuk terus melakukan ini-melakukan itu, disaat kondisi tubuhnya kini sudah benar-benar kepayahan. Payah sekali.

Sampai akhirnya di titik yang tidak rendah-rendah amat, semua emosi itu tercampur padu, ya mungkin rasanya menjadi seperti nano-nano gaes. Lelah atau sedikit frustasi, tapi ia memilih untuk lebih sabar lagi. Bahkan saat ia sudah benar-benar membutuhkan jeda dari rutinitasnya kini, ia malah mendapatkan tawaran kesibukan lain yang membuatnya semakin penat.

Dua bulan yang dua minggu kemarin nyatanya selalu dibayang-bayangi dengan perasaan was-was. Akhir pekan yang seharusnya menjadi hari yang menyenangkan untuk bersenang-senang atau sesederhana menonton sepakbola walau tidak usah lah repot-repot pergi ke stadion, cukup menjadi bonjovi, dan berteriak di depan layar kaca, ini justru malah dihiasi air mata yang lagi-lagi menguji kesabarannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun