Mohon tunggu...
Geovany SenoHermawan
Geovany SenoHermawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sosiologi, Universitas Airlangga

Mahasiswa Sosiologi, Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Rindu yang Saling Mencari

23 Juni 2022   01:20 Diperbarui: 23 Juni 2022   01:22 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Rindu tak bergerak, tak bersuara, tapi bisa membuat lara. Rindu adalah bagian dariku yang ada padamu. Namun, tercecer dan hilang sedikit-demi sedikit di persimpangan jalan ketika kita saling menjauh. 

Bagian-bagian dari kita yang telah hilang saat memasuki raga yang baru. Membuatku harus mencarimu dan membuatmu harus menantiku. 

Semesta tak henti-hentinya memberi teka-teki yang membuatku bingung dan memberi petunjuk-petunjuk ambigu. Aku kira kaulah rumah. 

Namun, suara hati itu selalu diterima oleh orang yang salah. Tak henti-hentinya aku bertemu orang-orang yang ku kira adalah kamu, tapi ternyata bukan. 

Kamu pun juga sama selalu mengira yang bersamamu saat ini adalah aku dan ternyata bukan. Kejadian itu memberi rasa sakit yang membuat kita berhenti mencari dan menanti. 

Kamu yang saat ini nyaman dengan kesendirianmu dan aku yang saat ini merasa kosong.

Aku merasa obat dari kekosongan itu adalah kesunyian malam. Ya aku tidak ingin melewatkanya karena pada saat itu aku bisa tenang membayangkanmu. 

Rasanya begitu damai, tapi waktu berjalan sangat cepat ketika menjemput pagi, seperti saat-saat kita bersama yang mendadak habis. 

Namun, aku mulai bosan dengan siklus ini dan aku mulai rindu dengan suaramu yang biasa menerobos masuk pada kekosongan itu. Aku rindu padamu, pemerhatiku.

Ketika kamu merasa sakit hati, kamu mencari obat pelampiasan untuk sembuh. Kamu bingung terhadap banyaknya tawaran obat, sekaligus takut untuk meminumnya. 

Terkadang kamu menyisihkan obat itu sebagian atau langsung membuangnya begitu saja ketika rasanya tidak seperti yang kamu inginkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun