Mohon tunggu...
Putu Gek Cinta Candra Kirana
Putu Gek Cinta Candra Kirana Mohon Tunggu... Mahasiswa

Memiliki minat dan bakat di bidang seni tari Bali

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Melampaui Dewa Dewi: Benarkan Hindu Adalah Agama Politheisme?

17 September 2025   08:20 Diperbarui: 17 September 2025   08:20 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Salah satu agama tertua di dunia, agama Hindu, lahir di India sekitar 4.000 tahun yang lalu. Hindu masih merupakan agama yang dipeluk oleh jutaan orang, terutama di India dan Bali, Indonesia. Sangat populer karena kekayaan tradisi, filsafat, dan praktik spiritualnya, mulai dari upacara keagamaan, sistem yoga, hingga konsep dharma dan karma, yang membantu umatnya menjalani kehidupan. Namun, umumnya orang melihat Hindu sebagai agama yang memuja banyak dewa (politeisme). Ada banyak nama dewa dan dewi yang dikenal luas, seperti Brahma, Wisnu, Siwa, Saraswati, dan lainnya, yang mendorong pandangan ini. Namun, agama Hindu menawarkan pemahaman tentang ketuhanan yang lebih kompleks dan mendalam. Sebagian besar agama Hindu percaya bahwa semua dewa adalah representasi dari Brahman, realitas tertinggi.

"Apakah benar Hindu adalah agama politeisme?" adalah pertanyaan yang sering muncul di masyarakat. Meskipun terlihat seperti itu karena banyaknya nama dewa dan dewi yang dipuja, jawaban atas pertanyaan ini sebenarnya tidak sesederhana itu. Filosofi ketuhanan Hindu yang kompleks melihat dewa-dewi sebagai representasi dari Brahman, realitas tertinggi. Oleh karena itu, studi yang lebih mendalam diperlukan untuk memahami apakah Hindu benar-benar politeistik atau hanya menggabungkan monoteisme dan perspektif yang lebih umum.

Meskipun dalam agama Hindu ada banyak dewa dan dewi yang dikenal dan dipuja, perspektif teologis Hindu jauh lebih kompleks daripada politeisme. Inti ajaran Hindu menekankan bahwa semua dewa-dewi hanyalah manifestasi dari satu realitas tertinggi, yaitu Brahman. Konsep bahwa Brahman adalah sumber, penopang, dan tujuan akhir seluruh ciptaan menunjukkan bahwa agama Hindu memiliki dimensi monoteistik dan monistik yang mendalam sehingga pemahamannya tidak dapat diterima.

Politeisme berasal dari bahasa Yunani, dari kata "poly", yang berarti "banyak", dan "theos," yang berarti "dewa." Oleh karena itu, politeisme adalah suatu sistem kepercayaan yang mengakui dan menyembah banyak dewa dengan berbagai fungsi atau peran. Seringkali, dalam agama politeistik, setiap dewa memiliki kekuasaan khusus. Contohnya adalah dewa perang, cinta, laut, atau kesuburan. Perbandingan ini penting untuk dipahami karena, meskipun agama Hindu memiliki banyak dewa, pemahaman tentang ketuhanannya tidak identik dengan politeisme murni yang ditemukan dalam agama-agama kuno tersebut. Ini karena agama Hindu percaya bahwa Brahman, sumber dari semua manifestasi dewa-dewi, adalah realitas tertinggi.

Keanekaragaman dewa dan dewi yang dipuja oleh penganut agama Hindu adalah salah satu ciri khasnya. Keberagaman ini tidak hanya menunjukkan banyaknya entitas tuhan yang berbeda, tetapi juga berbagai aspek dari satu realitas ilahi tertinggi, Brahman. Umat Hindu dapat memuja dewa tertentu sesuai dengan kebutuhan spiritual mereka atau aspek kehidupan yang mereka ingin harmoniskan.

1. Konsep Trimurti

Trimurti, yang terdiri dari tiga dewa utama, adalah salah satu konsep penting dalam agama Hindu yang mencerminkan pluralitas sekaligus kesatuan. Brahma adalah kekuatan yang menciptakan, Wisnu adalah kekuatan yang memelihara dan melindungi alam semesta, dan Siwa adalah kekuatan yang menghancurkan dan mengubah, yang membuka jalan untuk penciptaan yang baru. Ketiga dewa ini adalah wakil dari satu kekuatan kosmis yang sama. Oleh karena itu, Trimurti mengajarkan bahwa semua aspek kehidupan harus seimbang dan terhubung satu sama lain.

2. Fungsi Dewa-Dewi Lainnya

Agama Hindu memiliki banyak dewa dan dewi lain selain Trimurti, masing-masing dengan peran dan arti simbolis tertentu. Dilihat sebagai personifikasi dari elemen kekuatan tuhan yang membantu manusia memahami dan berhubungan dengan Brahman, dewa-dewi ini bukanlah entitas independen. Beberapa di antaranya adalah Dewi Saraswati, yang digambarkan sebagai pengetahuan, kebijaksanaan, dan seni, ia melambangkan pencerahan intelektual dan spiritual yang membebaskan manusia dari kebodohan. Dewi Laksmi, yang digambarkan sebagai kemakmuran, keberuntungan, dan kesejahteraan. Ia dipuja untuk membawa kelimpahan dan harmoni ke dalam kehidupan. Ganesha adalah dewa kebijaksanaan dan kemampuan untuk menghadapi tantangan. Ia juga dikenal sebagai penghalang rintangan dan pelindung awal setiap upaya. Kehadiran dewa-dewi ini menunjukkan bagaimana agama Hindu menggambarkan hubungan manusia dengan beberapa aspek kehidupan. Dengan mempersonifikasi kekuatan Tuhan dalam berbagai bentuk, orang Hindu dapat lebih mudah berdoa, bermeditasi, dan mendekatkan diri kepada Tuhan sesuai kebutuhan batin mereka. Dalam agama Hindu, pemujaan terhadap dewa-dewi biasanya dilakukan dengan tujuan tertentu yang terkait dengan aspek tertentu dari kehidupan manusia. Misalnya, seorang siswa akan memuja Dewi Saraswati untuk meminta kecerdasan dan kemudahan belajar, dan seorang pedagang atau keluarga yang mencari kemakmuran akan memuja Dewi Laksmi untuk meminta rezeki dan kemakmuran. Selain itu, orang sering memuja Dewa Ganesha sebelum memulai pekerjaan atau perjalanan penting. Mereka melakukan ini untuk memohon agar segala hambatan dihilangkan. Praktik pemujaan ini membantu orang Hindu mengarahkan pikiran, keinginan, dan doa mereka ke aspek tuhan yang paling dekat dengan kebutuhan mereka. Dengan demikian, pemujaan dewa-dewi bukanlah penyembahan terhadap banyak "tuhan" yang terpisah, melainkan sarana untuk mendekat kepada Brahman melalui jalan yang sesuai dengan situasi hidup masing-masing individu.

3. Konsep brahman

Meskipun agama Hindu memiliki banyak dewa dan dewi, inti ajarannya menegaskan eksistensi Brahman, realitas tertinggi. Dalam filsafat Hindu, Brahman dipahami sebagai realitas absolut, tak terbatas, tak berawal, dan tak berakhir. Brahman bukan sekadar "dewa tertinggi"; dia adalah sumber dari semua yang ada, yang mencakup seluruh ciptaan, menjaga eksistensinya, dan berfungsi sebagai tujuan akhir semua makhluk hidup. Dalam agama Hindu, para dewa dan dewi dianggap sebagai representasi atau representasi dari Brahman. Masing-masing dewa melambangkan aspek tertentu dari sifat Brahman agar manusia lebih mudah mengenal dan mendekati-Nya. Oleh karena itu, orang Hindu dapat memuja satu dewa tanpa menolak keberadaan dewa lain, ini dikenal sebagai henoteisme, di mana orang memuja satu dewa sebagai pusat pemujaan tetapi tidak menolak keberadaan dewa lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun